Mohon tunggu...
Sang Santri
Sang Santri Mohon Tunggu... Guru - Santri suka menulis

Menulis sebagai hobi, bermanfaat sebagai harapan, sekses semoga terwujud

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Evaluasi Harus Sesuai Bung!

9 Desember 2018   14:00 Diperbarui: 9 Desember 2018   14:02 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada banyak hal yang harus kita koreksi mengenai pendidikan indonesia. Yup, celah  pendidikan kita sungguh tak terhitung yang membuat pendididikan kita menjadi terbelakang. Sangat jauh dari finlandia yang menjadi primadona pendidikan.

Ada satu faktor yang berakibat fatal jika kita abai saja mendiamkan. Hal Ini mempengaruhi sistem pendidikan. Yang membuat siswa menderita karena adanya cacat dalam sistem yang satu ini.

Perlu diketahui, pendidikan adalah suatu runtutan tahapan yang memiliki tugasnya masing masing bermula dari termudah menuju yang tersulit. Semisal pelajaran matematika. Diawal kita diajarkan pengurangan dan pertambahan. Selanjutnya baru kita di ajarkan pembagian dan perkalian. Hal ini berlaku pada semua mata pelajaran tak terkecuali. Termasuk bahasa arab juga.

Masing-masing fase memiliki tugasnya sendiri-sendiri. Fase-fase ini saling mengikat dan terhubung. Sehingga, jika tidak didapat suatu fase menjalankan tugasnya secara maksimal fase-fase berikutnya akan terpengaruh dan sukar difahami. Saya contohkan lagi dalam bahasa arab misalnya. Penjelasan i'rob harus didahulukan dan dikuasai oleh murid terlebih dahulu sebelum berlanjut pada bab mubtada' dan khobar. Hal ini dikarenakan dalam mubtada' ada i'rob rofa yang harus masuk pada bab ini. 

Dalam i'rob rofa ada macam tanda yang berbeda-beda bergantung pada kata apa yang sedang ber i'rob rofa. Kalau kata tunggal dia harus menggunakan tanda dommah. Kalau kata untuk laki laki banyak dia harus menggunakan tanda wawu. Pembahasan ini mbulet bagi yang belum belajar bahasa arab. tapi percayalah, setiap fase memiliki keterikatan dengan fase yang lain yang harus menjalankan tugasnya dengan baik agar tak mempengaruhi fase-fase berikutnya.

Yang menjadi tonggak pengukur memastikan fase tersebut sudah dijalankan dan dikuasai oleh murid adalah evaluasi. Evaluasi bisa diadakan pada waktu proses pembelajaran dan setelah proses pembelajaran. Yang ini bisa kita namai ujian akhir. Dengan pengukuran yang tepat maka akan bisa diberikan tidakkan yang tepat apakah dia sudah bisa atau belum.?jika tidak, dia harus mengulang fase itu. Jika mampu, maka melajutkanlah dia pada fase berikutnya.  

Sayangnya proses evaluasi diindonesia dijalankan tidak sesuai dengan fungsinya. Tidak lulus adalah aib, oleh karena itu bisa atau tidak bisa murid harus diluluskan dan memaksanya lanjut kefase berikutnya. Maka terjadilah, tanpa pennguasaan pad afase sebelumnya murid menjadi sukar dan sulit memahami apa yang sedang dipelajari. Akibatnya fase-fase berikutnya dijalani setengah hati dan jadilah dia gagal pada mata pelajaran itu. Ini kemungkinan terburuk loh ya. Bisa jadi sih dia berhasil dengan mengulang pelajaran terdahulu.

Yang perlu diperjelas, apakah mengkatrol nilai dan memaksa meluluskan murid adalah suatu betuk kasih sayang menutupi aib mereka??ataukah hal ini merupakan sikap tidak tegas dari guru yang mau di dekte oleh muridnya?? . Jika diperhatikan mendalam, mengkatrol adalah salah besar. 

Membiarkan murid melewati fase tanpa menguasai sama saja melemparnya kedalam jurang. Seumpama beralasan tapi itu inginnya dia sendiri, saya akan jawab kamu guru macam apa melihat muridmu menelan paku kau diamkan. Harusnya guru tegas disini supaya sistem kita berjalan. Dan muridpun tidak menyesal di kemudian hari.

Sebenarnya menyalahkan guru semata pun tak elok. Budaya memang selalu sukar jika ingin dilawan karena tekanan masyarakat memang tak mudah dihadapi. Yang terpenting tahu dulu kesalahannya apa. Lambar laun pasti ada kesempatan. Pasang pikiran dengan Terus meyakinkan  hati berontak pada hal yang tak benar. Semoga saja tuhan mendengar jeritan hati kita atas tidak benaran ini. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun