Mohon tunggu...
Fajri Karel
Fajri Karel Mohon Tunggu... Advokat -

Advokat berintegritas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Horor, Teror Hantu "Brain Wash"

14 September 2018   22:52 Diperbarui: 14 September 2018   23:09 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1freewallpapers.com

Menurut kamus Oxford hal tersebut disebut phobia yang diartikan sebagai ketakutan yang ekstrem atau irasional terhadap atau keengganan terhadap sesuatu. 

Sebenarnya Ketakutanku terhadap makhluk tersebut semacam brain wash yang berawal pada usiaku kurang lebih 3 tahun, awalnya ketakutan itu adalah bentuk pertahanan diri sebagai manusia yaitu ketika pertama kali melihat makhluk asing dimana belum memiliki pengalaman sebelumnya sehingga akal belum memiliki pengetahuan tentang sifat dan karakter makhluk tersebut, lalu ketika ada tingkah laku sebagai anak kecil yang tidak sesuai dimata orang tua baik itu perbuatan, rengekan atau tangisan biasanya orang-orang dewasa mencoba menenangkan dengan cara menakut-nakuti dengan hewan tersebut memakai majas-majas hiperbola tentang sifat dan karakteristik hewan tersebut. 

Dari sinilah proses pencucian otak yang tidak disadari oleh orang dewasa, majas hiperbola tersebut diterima dengan sadar oleh anak kecil pada otak kiri menjadi sesuatu yang rasional lalu informasi yang tersimpan pada sub-conscious mind menjadi data base sebagai induksi dari pihak lain. Informasi-informasi yang terus menerus masuk pada data base inilah yang menguatkan ketakutan tersebut.

Seandainya proses brain wash ini dimasukkan pada hal-hal yang positif tentunya akan melahirkan hal-hal yang positif pada alam bawa sadar manusia sebagaimana yang diterapkan di Negara Sakura, jika sikap-sikap yang kita tanamkan kepada anak-anak seperti Berani, Jujur, Mandiri, Peduli, Adil, Disiplin, Kerja Keras, tanggung jawab dan sederhana terntunya akan menghasilkan generasi yang memiliki nilai-nilai integritas yang kelak akan memajukan Negara jauh dari perilaku-perilaku koruptif.

Syukurlah makhluk itu tidak tampak diruang makan apalagi di dapur, kendatipun makhluk itu tidak muncul di kedua ruang dimana makhluk itu sering muncul rasa takut yang menyelimutiku belum hilang sebab sekali waktu dalam data base di otak kananku masih tersimpan bahwa Makhluk itu pernah menampakkan di dinding tandasengine (begitu masyarakat melayu menyebut toilet), segera kupencet saklar lampu Toilet yang ada di dinding luar berharap rintangan terakhir dapat kulalui dan akhirnya dengan mendahulukan kaki kiri masuk ke toilet saya dapat merelaksasi spinchter urethra externa setelah penurunan aktivitas serabut saraf somatik yg dibawa oleh n. pudendus dan tekanan intravesical melebihih tekanan intraurethra, dengan posisi duduk si 'Junior' botak menumpahkan cairan amoniak dan perasaanku pun terasa lega.

Setelah proses miksi (kencing, anak kecil biasa bilang pipis, kalau putriku bilang cencing) dianggap telah selesai dan kandung kemih pun sudah kosong, saya melakukan istibra (fiqh Islam: membersihkan sisa kencing) yaitu dengan cara mengurut perineum, pangkal penis (proksimal) hingga ujung penis (distal), dan kepala penis (gland penis). Cara ini mengikuti struktur anatomis saluran kencing, sehingga diharapkan bisa membersihkan sisa urin: Mengurut antara lubang anus dan penis (perineum) sebanyak tiga kali. Meletakkan telunjuk di bawah batang penis dan ibu jari di atas batang penis, lalu mengurut dari pangkal hingga ujung penis sebanyak tiga kali. Menekan kepala penis (glandpenis) sebanyak tiga kali. Terakhir, basuh kemaluan dengan air yang suci secukupnya (kurang lebih sebanyak dua kali). Setelah istibra kemudian berwudhu terlebih dahulu sebelum keluar dari toilet.

Segera dengan santai dan rileks dengan langkah biasa saya kembali menuju kamar, sesaat ketika berada diruang makan hendak menuju ruang keluarga  tiba-tiba "haaaaaaaakkkkkkkkk...", Toooooooootteeeeeeeeeeeee....", saya berteriak sekencang-kencangnya melihat makhluk itu menampakkan dirinya tepat dihadapanku, mungkin karena suaraku yang besar makhluk itu kaget dan tiba-tiba lari kesela-sela plavon dan menghilang.

Secara teori ketakutanku itu disebut Phobia Herpetophobia yaitu rasa takut yang berlebihan dan irasional terhadap binatang/hewan melata/reptil. Tidak hanya hewan reptil yang buas saja. Namun dengan cicak saja, penderita phobia ini sudah sangat ketakutan. Penyebab phobia ini sangat beragam, mulai dari trauma kejadian di masa lalu, merasa jijik dan geli, dll. Gejala dan akibat dari phobia ini sama saja dengan phobia yang lain. Seperti merasa cemas, panik, jantung berdetak kencang, berkeringat.

Ternyata teriakanku tidak hanya mengagetkan Totte' (begitulah putriku menyebut Tokek), juga mengagetkan seisi rumah dan semua orang dirumah terbangun, Isteriku segera menenangkanku dan memberi segelas air putih kemudian mengantarku kembali ke Kamar, lututku masih gemetar dan jantungku terasa terjadi palpitasi. Saya berusaha menenangkan diri dengan mengatur pernapasan, membutuhkan waktu yang cukup lama agar denyut jantungku kembali normal dan kembali tidur, semoga Tokek yang menakutkan itu tidak menghantuiku didalam mimpi. (14 september 2018)

Sumber:

Purnomo, Basuki. 2008. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun