Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tan Malaka: Novel Perjuangan

4 Maret 2016   21:18 Diperbarui: 11 Oktober 2016   12:11 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto Novel Tan karya Hendri Teja, Sumber FB Hendri Teja"][/caption]"Jalan yang kau pilih memang berbeda dari yang kami rencanakan. Tetapi, aku berani bersumpah bahwa aku dan bundamu sama sekali tidak pernah kecewa kepadamu," ucap Ayah terbata-bata, seolah mencoba menekan sesak di dada. "Dan jangan pernah merasa bersalah. Bundamu pergi dalam keadaan yang sempurna. Dia wafat ketiga tengah membaca Surat Yasin.

Air dicencang tiada putus, Nak. Kau tetap putraku, kendati apapun yang orang kampung katakan. Tetapi jangan pula kau benci mereka. Mereka hanya lupa, lupa pada keadian besar saat dirimu dilahirkan. Hal 199.

"Adat ayam ke lesung, adat itik ke pelimbahan. Tegaklah seperti alif, Nak. Aku akan selalu menyertai langkahmu." Hal 206

Inilah kutipan percakapan Sutan Rasyad dengan Ibrahim Datuak Tan Malaka dalam Novel Tan yang ditulis oleh Saudara Hendri Teja. Diterbitkan Februari 2016 oleh JAVANICA PT. Kaurama Buana Antara.

Inilah restu orang tua dan kasih sayang yang terus menyertai perjuangan Ibrahim Datuak Tan Malaka. Restu sebagai spirit utama berjuang untuk memerdekakan Hindia Belanda, menjadi Indonesia Merdeka. Bersentuhan langsung dengan realitas pendidikan masyarakat Hindia Belanda. Merasakan ketimbangan dalam politik etis penjajahan Belanda bagi pribumi. Melihat secara langsung bagaimana kemegahan Nederland, bergabung dengan Perhimpunan Mahasiswa Hindia dan juga menyaksikan bagaimana penindasan ketamakan berbalut kecerdikan terhadap kepolosan dan ketidaktahuan oleh penjajah.

Sedangkan pendidikan hanya memperpanjang dan masuk dalam alur berfikir pribumi, mengokohkan kekuatan Nederland. Hal ini menjadi bagian kayu bakar pemberontakan Tan Malaka...."Selanjutnya, yang juga tidak boleh diabaikan adalah murid-murid, kelak harus ingat kepada berjuta-juta kromo, yang hidup dalam kemelaratan. Jangan sampai mereka serupa pemuda-pemuda tamatan sekolah-sekolah pemerintah dan partikelir biasa yang bukan hanya melupakan, tetapi bahkan menghina bangsanya sendiri."

Membaca novel ini membawa penulis dalam sebuah imaji sejarah, dan penelusuran Nagari Suliki, Rumah Gadang Tan Malaka,  Surau tempat mengaji. Bagaimana keadaan masyarakat tahun 1889 dan menjelang kemerdekaan. Membaca tentang buku Madilog dan beberapa buku Ibrahim Dt. Tan Malaka, beserta buku Plakat Panjang, Perang Paderi dan lainnya. Maka terasa nampak sebuah efek penjajahan mampu merusak berjenjang generasi demi generasi, yang masih bergenerasi dan bermutasi sampai saat sekarang. 71 tahun Indonesia Merdeka.

Dibutuhkan kesadaran kolektif sinergis beberapa orang untuk menjadikan sebuah bangsa merdeka. Mengorbankan pendidikan, jabatan dan fasilitas, jiwa dan raga untuk memperjuangkan cita-cita. Inilah yang dilakukan oleh Tan Malaka untuk mempersiapkan kemerdekaan Hindia Belanda menjadi Indonesia.

Dipenjara, dibuang dan dikhianati adalah sebuah konsekwensi logis atas cinta terhadap cita-cita, pengorbanan atas rindu, derita tehadap sayang, Indonesia Merdeka. Secara apik Saudara Hendri Teja mampu menyajikan dengan prespektif "Aku", menelisik keadaan demi keadaan yang dihadapi Tan Malaka. Kemudian membangun dialog demi dialog yang hidup. Sejarah menyusun pemberontakan di Tanah Deli. Kisah cinta tragis. Penyamaran menjadi keturunan Arab. Bertani untuk mengembalikan hak tanah masyarakat.

Adalah sebuah pencapaian elok saudara Hendri Teja, menuliskan sejarah perjuangan Ibrahim Datuak Tan Malaka. Terbuang dari tanah adat Nagari Suliki, dan terus mengorbankan kesetaraan dan keadilan bagi pribumi Hindia.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun