Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Money

Jalan Melingkar menuju Kawasan Ekowisata Organik Lembah Harau

10 Oktober 2013   11:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:44 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Atlantis yang hilang. Barangkali itulah ungkapan nan tepat untuk Nagari Harau terkhusus Jorong Harau, Jorong Landai dan Koto Tinggi.

Nagari yang disembunyikan oleh maha kuasa di balik terjalnya dinding bukit lembah harau. Bagi kita yang pernah menikmati air terjun dilembah harau. Kampung ini masih belum terlihat. Perjalanan mesti dilanjutkan untuk masuk kedalam sekitar 500 meter. Jorong Harau dimana terdapat ngalau 1.000 dan juga beberapa air terjun lebih indah dan debit air yang besar.

Sampai saat ini belum ada sinyal telekomunikasi yang masuk secara sempurna. Karena letak jorong harau berada dalam lembah diantara bukit barisan yang tinggi. Seloroh kami dengan fauzan salah satu anak nagari jorong Harau, masuk dalam dunia tak berperadaban dari sisi komunikasi.

Fauzan adalah mahasiswa Ilmu Ekonomi Unand kampus II Payakumbuh. Ia mememiliki visi dan passion untuk menjadikan Jorong Harau Nagari Harau dan dua Nagari tetanga menjadi bagian Kawasan Ekowisata Organik Terpadu. Kawasan yang terintegrasi dengan keindahan lembah harau yang menakjubkan.

Memulai adalah pekerjaan berat. Tahap awal mewujudkan adalah membuat percontohan bagi masyarakat. Tahapan ini telah kami lalui selama 1 tahun. Target sasaran adalah membuka beberapa titik percontohan penerapan pola integrasi organik antara peternakan sapi masyarakat dengan lahan pertanian. Kelompok usaha tani menjadi mitra adalah Bundo Saiyo dan Samurai.

Sedangkan LKM-A dan Gapoktan buatan Dinas Pertanian, dan juga Bimbingan Dinas Perikanan dengan bantuan dana dari pusat sering menghilang atau menguap seperti air terjun sarasah aka barayun, murai dan bonta. Pada awalnya begitu besar bantuan. Kemudian terjun ke dasar atau kemasayakat. Dalam perjalanan banyak menguap dari lintasan birokrasi lewat petunjuk tenknis dan rekomendasi.

Mentalitas birokrasi karup adalah mentalitas menjadikan sesuatu yang mudah menjadi tidak mudah. Menjadikan seseuatu sistem mudah dan simpel menjadi sesuatu yang sulit berbelit. Kasus tentang proses mengajak beberapa pengambil kebijakan dan memperbincangkan pengembangan kawasan dan juga ekonomi masyarakat seakan membentur tembok tak terlihat.

Jika tembok dinding lembah harau mampu memberikan lukisan indah bentangan alam. Mampu menjadi tempat memanjat tebing tingkat internasional dan juga tempat turunya air terjun nan indah. Dimana seitap orang menjadi bahagia dankagun atas penciptaan Atlantis yang hilang di Harau. Sedangkan tembok dinding birokrasi Kab. 50 Kota yang tidak terlihat lebih curam dan muram.

Membaca tentang laporan Perubahan APBD Kab. 50 Kota tentang pemasukan dan pengeluaran APBD Kab. 50 Kota. Hampir 80% semua pendapatan APBD hanya untuk belanja tidak langsung dan operasional pemerintahan. Bila ada program dinas, maka hampir 50% adalah belanja pegawai. Belanja pegawai ini adalah biaya yang terdiri dari SPJ, Honor Kegiatan dan berbagai biaya lainnya. Maka secara anggaran kegiatan yang membutuhkan dana besar mesti menunggu dari APBN.

Kelompok Usaha Tani Bundo Saiyo yang mendapatkan dana Pengembanagn Usaha Mina Perikanan Bidang perikanan dari dana APBN sebanyak 65 juta. Secara hitungan bisnis tidak cukup untuk membesarkan ikan nila sejumlah 40.000 ekor. Namun tetap dipaksakan dengan juknis dari pusat. Hal ini mengakibatkan secara skala usaha tidak mungkin.

Alternatif untuk menciptakan pakan telah ditawarkan. Namun benturan tembok birokrasi adalah tidak ada keberanian dari Pembimbing Lapangan Dinas Perikanan dan Kepala Dinas Perikanan untuk menjadikan kebijakan bagi keberlangsungan dana PUMB. Hal ini berkaca kepada kelompok usaha tani di Jorong Harau yang hanya mampu memberi keuntungan Rp. 100.000,- satu kolam selama 4 bulan pemeliharaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun