Mohon tunggu...
Frengki Nur Fariya Pratama
Frengki Nur Fariya Pratama Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pecinta naskah Jawa di Sradhha Institute, berdikusi sastra di Komunitas Langit Malam.

Menjadi Insan yang mampu berkontribusi terhadap negara dan masyarakat adalah ideologis manusia yang menghamba kepada Sang Khaliq

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akankah Sastra Jawa Akan Terbuang?

6 Januari 2018   01:18 Diperbarui: 6 Januari 2018   13:44 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
koleksi Radya Pustaka Surakarta

Era digital ini, karya sastra Jawa beralih mejadi sebuah karya sastra ampuh yang diakui keberadaannya namun tak di sentuh wujud dan isinya. Banyak orang yang mengkultuskan sulit dan rumit ketika akan membaca dan memahaminya. Apalagi mahasiswa yang kuliah di program studi sastra jawa, layaknya superhero mahasiswa itu dipuja karena masih berkenan mempelajari warisan yang dianggap agung ini. namun banyak pula yang mencibir dengan umpatan mersa "mau jadi dukun atau penjual akik ?" umpatan itulah yang diterima mahasiswa yang kuliah sastra Jawa zaman sekarang ini.

Hal ini menunjukan kurangnya apresiasi terhadap karya sastra Jawa warisan nenek moyang kita. Mungkin tak hanya karya sastra Jawa, karya sastra daerah pun sekarang banyak yang ditinggal oleh para pewarisnya. Beralihnya orientasi berfikir secara umumlah yang menyebabkan kurang diliriknya karya-karya hasil perasan otak para penulis lokal untuk dijadikan santapan bacaan mereka. Maka tak heran jika para pewaris budaya ini kesulitan memaknai hasil-hasil budaya yang sudah turun temurun diwarisan. hanya menunggu upaya yang harus dilakukan untuk membuat jalan keluar dari permasalahan yang melilit kaum muda di era modern ini.

Keluarlah dari Keterasingan

Karya sastra Jawa merupakan karya sastra yang terlahir dari kebudayaan jawa hasil dari pikiran kolektif masyarakat yang dalam hal ini adalah masyarakat suku Jawa.  Perkembangan karya sastra jawa pun mengalami periodisasi yang tak sederhana. Mulai dari karya sastra Jawa Kuna samapai karya sastra Jawa modern seperti yang kita bisa temuan saat ini.Perkembangannya karya sastra Jawa yang diakui hasil dari pemerasan kebudayaan suku jawa mulai ditinggalkan oleh suku jawa sendiri. 

Orang jawa sebagai pewaris budaya jawa malah kesulitan untuk memaknai karya sastra milik budayanya sendiri. Bukan karena tak ada ruang-ruang pembelajaran. Namun, karena peminat ruang-ruang itu telah meninggalkannya. Kurang pembiasaan di keseharian menjadi alasan utama tidak dikenalnya sastra Jawa dikalangan anak muda. Selain itu, dalam perkembangannya sastra Jawa jarang di jamah untuk mengupdate kemasannya. Para kritikus sastra pun jarang mencoba untuk mengkritisi satra Jawa agar menjadi lebih baik.

Sinkronisasi anak muda dan para orang tua dalam mengembangkan sastra Jawa cenderung kurang berkolaborasi Bersama mewujudkan satu kreativitas di luar mainstrem. Ruang-ruang sekolah pun hanya dijadikan syarat terpenuhinya kurikulum 2013 bukan berpandangan sebagai pelestarian khazanan kasusastraan Jawa yang tak tau ingin merangkul siapa. Kaum muda zaman sekarang hanya memandang sastra Jawa sebagai salah satu kerumitan tanpa memberikan solusi pada dirinya dan akhirnya condong meninggalkan dan beralih haluan mempelajari hal-hal yang lebih gampang. Hal ini memang menjadi sebuah kewajaran. Namun, alangkah lebih baiknya kita berpikir siapa yang akan melesatarikan kearifan lokal ini.

Menurut saya, manusia sebagai benda hidup yang terus berkembang. Kaum muda wajib melestarikan sastra jawa sehingga dapat memadukannya dengan perkembangan era modern. Baik dalam hal penulisan sampai pada pementasan. Kaum muda wajib untuk menyebar luaskan kecintaan sastra Jawa lewat media yang dikemas lebih bagus dan mudah di pahami agar peminatnya bertambah luas.   

Berbagai peninggalan karya sastra Jawa kuna yang sebegitu banyak dapat kita jadikan modal ide pengemasan ulang khazanah sastra Jawa. sebagai warisan masa lampau wajib untuk diungkap dan di sederhanakan. Dari penyederhanaan ini diharapkan dapat diterima dan dijadikan satu sumber wawasan ilmu yang berbasis kearifan lokal bangsa. Sehingga, metal anak muda berkarakter lokal selaras dengan budayanya sendiri. Agar kecintaan terhadap negara muncul dan semakin  menjulang tinggi.

Seperti diungkapkan Keliek S.W dalam Ingsun Wayuh Sastra Jawa (Solo Pos edisi kamis 2 Juni 2016) mengungkapkan keprihatinan terhadap para pelestari yang cenderung berparadigma "golek beras"mencari penghasilan tanpa memikirkan nilai dari sebuah sastra. Hal ini menjadi kekhawatiran lain yang dapat merusak bobot dari sebuah karya sastra adi luhung.Kondisi seperti ini akan menyebabkan para pengagum sastra Jawa akan meninggalkan sastra Jawa itu sendiri. 

Sejatinya semua hal ini akan kembali lagi kepada hati para penggiatnya. Jika tulus dan ikhlas untuk mengembangkan dan memikirkan kualitas isi dan pewarisannya. Secara otomatis materi yang menjadi hal pokok manusia akan tercukupi bersamaan tumbuh kembangnya keahlian yang dimilikinya.

Salam Budaya !

Daftar Pustaka

Jagad Jawa Solo Pos edisi Kamis 2 Juni 2016 dalam Artikel Ingsun Wayuh Sastra Jawa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun