Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Eidos dan Secangkir Kopi Kebaikan di Ingar-Bingar Kota

22 September 2022   20:56 Diperbarui: 22 September 2022   21:22 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gladys Satori, Vicky Gassing dan kedai kopi Eidos/dok pribadi  


Mungkin karena menorehkan kata 'kebaikan' dibalik usaha kedai kopinya itu, Eidos akhirnya bertumbuh. Partnership dijalin bersama sejumah pihak. Termasuk hadirnya seorang Jurnalis olahraga, Arfa Gandi yang masuk dalam squad kepemilikan Eidos.

"Progresnya grow dan semakin berkembang. Kita ada juga di Bali. Kita juga udah ada partner yaitu MC Kado Chow untuk yang di Manggarai dan di Bali kita ada partner MC Jay Supit. Nah kita juga baru kedatangan partner baru namanya Arfa Gandi. Kita kenal udah lama. Kita pernah kerja bareng. Partner itu kan istilahnya kawin dulu nih." Beber Gladys.

"Sebenarnya owner ada 3 awalnya. Pertama Christine Satori, dia kakak aku, ada juga suami Aku Vicky Gassing, dan satu lagi aku. Ini sebenarnya bisnis keluarga. Awalnya kita ada di Tebet Raya tahun 2021. Kita start pas pandemi Covid-19 yaitu Mei 2021. Pada April 2022 kita pindah ke Manggarai. Kita sudab eksis satu tahun setengah cuma kita pindah lokasi." Kata Gladys flashback.

Pertumbuhan positif Eidos juga ditandai dengan sikap kebaikan Gladys dan owner lainnya dalam memperlakukan karyawan mereka. Demi menjaga marwah karyawan, Gladys yang sempat terjungkal saat menjalani Eidos karena Covid-19, sempat menjual satu unit mobil pribadinya. Semua itu demi membayar hasil kerja, tenaga dan pikiran para karyawannya.

"Eidos memperkerjakan belasan karyawan baik di Manggarai maupun yang di Bali. Mereka bekerja secara full time. Ada beberapa karyawan yang kerja sama kita sejak awal. Meski saat pandemi, kita terus terang nggak PHK mereka. Aku dan suami sampai jual mobil untuk membayar mereka. Kita akui itu berat banget. Kita pernah nggak ada pemasukan sama sekali. Tapi kita tetap korbankan untuk mereka," kata Gladys lagi.

Rupanya setelah berjalan setahun lebih, Eidos tetap dirawat baik oleh pelanggan setianya. Gladys mengatakan bahwa kepindahan dari Tebet ke Manggarai tidak menyurutkan langkah pelanggan setia untuk bertandang ke Eidos. Pun menyadari para pelanggannya kebanyakan anak milenial dan pekerja kantoran, Gladys menyediakan mereka space-space untuk bekerja sambil ngopi.

"Setelah pandemi melandai, konsumen kita yang dulu di Tebet sekarang ke sini. Konsumen kita banyak anak milenium dan profesional. Makanya kita buat konsep working dan konsep lain," imbuhnya.

Tak hanya sekadar kopi dengan berbagai varian, Eidos juga punya kudapan terbaiknya yakni pisang goreng sambal roa. Dari kuliner khas Manado itulah, Gladys tak menampik mendapat nilai ekonomi yang besar.

"Produk yang ada di kita yaitu pisang goreng Roa. Sejarahnya pas baru nikah, kantor suami tutup. Kebetulan mami buka restoran, mami usul kita jualan pisang goreng sambal roa. Dari situ kita bisa melunasi biaya pernikahan." Jelas Gladys.

Terakhir Gladys membeberkan kegiatan dan event-event apa saja yang pernah dan akan dihelat di Eidos. Selain itu, ada juga event yang sifatnya kebaikan, seperti aksi berbagi di kala bulan puasa dan lainnya.

Foto dok pribadi
Foto dok pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun