Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Eidos dan Secangkir Kopi Kebaikan di Ingar-Bingar Kota

22 September 2022   20:56 Diperbarui: 22 September 2022   21:22 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gladys Satori, Vicky Gassing dan kedai kopi Eidos/dok pribadi  

Foto dok pribadi
Foto dok pribadi


Anak baik dan kebaikan. Kata-kata itu membenam dalam benak saya. Di tengah usaha kedai kopi yang sudah ada pada fase industrialisasi ini, rupanya masih ada saja orang seperti Gladys, tentunya bersama sang suami, menggagas kedai kopi yang sedemikian itu.

"Kebaikan itu memang benar-benar kami terapkan disini. Itu bukan cuma slogan biar dibilang baik doang. Kami baik sama para karyawan kami. Kami baik tentunya pada para konsumen kami. Kami memikirkan keberlangsungan hidup para karyawan dan kami juga tetap merawat kenyamanan konsumen," ungkap Gladys.

Saya cukup tercengang mendengar penjelasan Gladys tadi. Lantas saya penasaran juga dengan kisah bagaimana Gladys ini mengawali usaha kedai kopinya.

"Ini semua berawal dari mimpi semasa kuliah. Waktu itu pas pulang kuliah aku suka nongkrong di tempat kopi. Disitu aku bilang pengen deh suatu hari punya kedai kopi,"

Foto dok pribadi
Foto dok pribadi


Mimpi Gladys tadi itu akhirnya benar-benar terwujud. Dibantu ibundanya yang juga pemain di restoran Manado, Gladys mulai membuka Eidos, lagi-lagi bersama suami tercinta tentunya. Tapi sayang, ketika keinginan membuka Eidos itu begitu besar, tiba-tiba pandemi Covid-19 datang. Tak pelak, rencana itu pun sempat terganjal.

"Kebetulan juga kan mami aku udah buka bisnis restoran Manado. Aku dan suami kan awalnya sama-sama kerja kantoran. Pas kita ada modal dan saat itu masih awal pandemi Covid-19, kita mau buat nih kedai kopi, tapi nggak jadi karena baru awal Covid-19, akhirnya kita pending," kenang Gladys.

Lalu di tengah wabah pandemi Covid-19, duka menyergap keluarga besar Gladys dan suami. Kakek dan kakak ipar Gladys berpulang. Di mata Gladys itulah, kepergian sang kakek juga kakak iparnya yang merupakan orang-orang baik, menjadi cikal bakal awal nama Eidos muncul dan disematkan hingga kini.

"Pada saat pandemi itu kakek aku meninggal. Kakak ipar aku juga meninggal di Amerika karena serangan jantung. Nah dibalik nama Eidos ini sebenarnya cerminan dari mereka. Karena mereka itu adalah orang yang baik. Jadi kita awalnya itu Eidos benar-benar kebaikan demi mengenang mereka," cerita Gladys mengenang sang kakek dan kakak iparnya.

Foto dok pribadi
Foto dok pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun