Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Amarah Tuhan Pada Hujan

7 Desember 2021   09:16 Diperbarui: 7 Desember 2021   09:19 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada ujung waktu Desember ini, amarah Tuhan ditunjukkannya pada hujan yang jatuh bertubi-tubi dari langit, sampai tanah tak mampu lagi menyerapnya, lalu terjadilah air bah, banjir.

Pohon rebah, rumah porak poranda, mobil terendam, celana dalam, kutang, hanyut menggelayut di ranting. Mereka takut, melarikan diri dan sebagiannya meregang nyawa.

Jika sudah begitu, amarah Tuhan mereka jadikan alasan untuk menunjuk hidung biang keladi terjadinya banjir. Pemimpin disalahkan, rakyat terbelah. Para Sengkuni tertawa seraya menggelar pesta di atas kapal pesiar.

Jika amarah Tuhan saja mereka jadikan alasan, bagaimana dengan kelembutan hati Tuhan? Boleh jadi, itu akan mereka jadikan alasan pula bahwa segala kemuliaan, keringanan tangan serta materi yang mereka berikan, adalah miliknya bukan datang dari Tuhan.

Amarah Tuhan pada hujan sesungguhnya adalah luapan kecewaNya yang ditujukan kepada mereka, mereka yang merasa tidak ber-Tuhan.

(7/12/2021)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun