Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerita Menjelang Sahur dari Sebuah Trotoar yang Tiada Seorang pun Ada di Situ Kecuali Saya dan Sunyi

17 April 2021   03:16 Diperbarui: 17 April 2021   04:14 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekelompok anak-anak membangunkan orang sahur dengan memukul bedug keliling kampung. Foto: Pribadi

Waktu sahur hanya tinggal beberapa jam lagi saat saya baru menulis tentang ini di sebuah trotoar yang terbentang jalan utama yang menghubungkan ibukota dengan wilayah penyanggahnya.

Belum ada sekelompok anak-anak atau remaja yang berjalan beriring sambil membunyikan tetabuan untuk membangunkan orang-orang yang masih terlelap dengan teriakan, sahur...sahur...sahur....

Mata saya cuma menangkap seorang pria sedang berjalan tangannya menenteng plastik kresek berwarna hitam entah apa yang ada di dalamnya itu.

Sesekali satu dua motor masih melaju disusul mobil dengan jarak terbilang lumayan lama. Suaranya kencang sekali padahal kalau siang tak sekencang malam ini.

Waktu masih menunjukkan pukul 01.43 WIB saat saya menulis ini di sebuah trotoar. Berarti masih ada waktu untuk menunggu anak-anak atau remaja membangunkan sahur dengan tetabuan tadi.

Sahur memang waktu yang ditunggu orang untuk menyantap makanan sebelum datang waktu imsak.

Masih ada waktu untuk melewatkan momen langka ini.

Ini hari ke-5 puasa Ramadhan 1442 H. Di hari ke-5 ini terdapat keutamaan berdasarkan Kitab "Fadhil Al-Asyhur Ats-Tsaltsah". Saya sengaja mengutip bahan keutamaan bulan Ramadhan ini, bukan untuk mengajarkan apalagi menjelaskan seperti seorang ulama karena saya hanya orang biasalah.

Dituliskan disitu keutamaan hari ke-5 puasa ramadhan, Allah SWT memberi kalian di surga Al-Ma'wa beribu-ribu kota, setiap kota terdapat seribu rumah, di setiap rumah terdapat seribu meja makan, selanjutnya Allah menyiapkan rumah di surga dengan meja makan yang penuh dengan hidangan yang lezat yang nantinya bisa dinikmati orang orang yang sholeh.

Orang-orang shaleh tentunya akan mendapatkan kebaikan di surga nanti, begitu pula orang orang yang menjalankan puasa dengan niat semata karena Allah dan hatinya hanya tertuju pada Allah. Orang tersebut akan mendapat petunjuk sehingga sepanjang kehidupannya jauh dari maksiat dan memiliki keinginan untuk iberibadah lebih tulus lagi kepada Alah.

Ada juga keutamaan puasa hari ke-5 yang saya kutip. Dalam kitab Durrotun Nashihin disebutkan, orang yang melaksanakan salat tarawih di malam kelima Ramadan akan mendapat pahala seperti salat di Masjidil Haram
Pada malam yang kelima, Allah memberikan pahala bagi yang tarawih sebagaimana pahalanya orang yang sholat di masjidil harom, masjid madinah atau nabawi dan masjidil aqsho.

Itu tadi tentang keutamaan puasa Ramadhan di hari ke-5. Sampai pada bagian ini, waktu sudah mendekati pukul 03.00. Saya yakin orang-orang sudah bangun untuk menyiapkan makanan sahur mereka.

Tetapi, sejak berada di trotoar itu saya belum juga melihat sekelompok anak-anak atau remaja membangunkan orang untuk sahur dengan tetabuan yang biasa mereka bawa.

Saya kemudian berpikir apakah tradisi membangunkan orang sahur dengan berkeliling kampung dengan membawa tetabuan sudah tak ada lagi tergerus waktu.

Tapi tunggu dulu. Akhirnya saya melihat juga sekelompok anak-anak dan remaja dengan membawa bedug dengan sebuah gerobak mereka bunyikan untuk membangunkan orang-orang untuk sahur.

Ternyata tradisi itu masih ada di tempat saya berada saat ini, di sebuah daerah penyanggah ibukota.

Mereka anak-anak dan remaja itu saya lihat bersemangat sekali memukul bedug secara bergantian. Sebagian lagi mendorong gerobak menembus udara yang masih dingin. Sementara sebagian lagi ada yang memukul kaleng bedug agar terdengar bunyi yang berirama.

Ah, sungguh indah sekali suasana menjelang sahur di minggu pertama Ramadhan tahun ini karena saya masih bisa melihat dengan mata kepala sendiri anak-anak atau remaja membangunkan orang untuk sahur.

Ini juga pernah saya lakukan saat saya sebaya mereka. Saya sangat senang sekali bila diajak teman sebaya untuk membangunkan orang sahur. Saya dan teman sebaya secara sukarela berkeliling kampung dan tanpa meminta bayaran sepeser pun untuk melakukan hal itu.
Bila waktunya sudah mendekati imsak, saya kembali ke rumah untuk makan sahur. 

Usai sahur melanjutkan menunaikan shalat subuh. Setelah itu seperti biasa menghabiskan sisa waktu subuh bersama teman sebaya sampai matahari muncul dan kembali lagi ke rumah untuk melanjutkan tidur.

Di trotoar itu saya sudah mulai menyaksikan orang lalu lalang. Ada yang sudah beranjak untuk bekerja, ada pula yang sengaja keluar rumah untuk menikmati suasana sahur.

Setelah mendapatkan apa yang saya ingin lihat yakni sekelompok anak-anak atau remaja yang membangunkan orang untuk sahur, saya kembali ke rumah untuk ikut sahur.

Ciledug, 17 April 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun