Ya tidak mengapa paradigma itu dibangun. Tetapi mengapa harus dibandingkan sama Drakor? Bukankah selain Drakor masih ada drama Turki, Jepang, Amerika Latin, Asia seperti Jepang, Thailand dan lainnya.
Mengapa Drakor ini seperti menjadi satu-satunya drama yang paling populer di dunia?
Tanpa menyebut Drakor apa yang kata generasi milenial bisa bikin hati mereka diaduk-diaduk, apakah mereka berpikir jika menonton buatan negara sendiri itu bisa menumbuhkan industri sinema di tanah air, khususnya sinetron tersebut? Saya rasa belum muncul pikiran semacam itu.
Yang ada mereka malah sinis kepada sinetron milik sendiri.
Tapi kalau saya bukan sinis sama Drakor, makanya saya tulis artikel ini dengan judul "Sinis" sama Drakor. Sinis saya ini maksudnya Sinetron Indonesia. Ya, semoga saja ini bisa menjadi singkatan baru untuk Sinetron Indonesia yang disukai "emak-emak" tetapi tidak untuk generasi milenial.
Ciledug, 31 Maret 2021