Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tanah di Kota Ibu

24 Februari 2021   18:16 Diperbarui: 24 Februari 2021   18:18 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi


Ibu di Kota ini sudah berpuluh tahun meninggalkan kampungnya yang lembab bersama ayah yang telah abadi dalam diam.

Aku dan anaknya yang lain menetas, tumbuh, besar dan beranakpinak seiring waktu yang berjalan tergopoh-gopoh, tersangkut, tersandung kerikil di antara bukit-bukit lenyap tertelan rumah beton.

Ibu di kota ini di tempat orang-orang yang saling menggunting dalam lipatan berjuang memberi saya dan anak-anak yang lainnya sepiring nasi dengan telur dadar dibagi lima demi sebuah keadilan.

Ibu di Kota ini menyimpan tangisnya yang telah menjadi telaga dan ditutupnya dengan helai-helai kesabaran agar saya dan anak-anaknya yang lain tak tahu bahwa hidup itu teramatlah berat.

Ciledug, Februari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun