Ibu di Kota ini sudah berpuluh tahun meninggalkan kampungnya yang lembab bersama ayah yang telah abadi dalam diam.
Aku dan anaknya yang lain menetas, tumbuh, besar dan beranakpinak seiring waktu yang berjalan tergopoh-gopoh, tersangkut, tersandung kerikil di antara bukit-bukit lenyap tertelan rumah beton.
Ibu di kota ini di tempat orang-orang yang saling menggunting dalam lipatan berjuang memberi saya dan anak-anak yang lainnya sepiring nasi dengan telur dadar dibagi lima demi sebuah keadilan.
Ibu di Kota ini menyimpan tangisnya yang telah menjadi telaga dan ditutupnya dengan helai-helai kesabaran agar saya dan anak-anaknya yang lain tak tahu bahwa hidup itu teramatlah berat.
Ciledug, Februari 2021