Bedanya, kalau mengedit berita harian kita dituntut lebih cepat, tepat sehingga syarat jadi tegang, karena diburu-buru waktu. Sedangkan mengedit naskah buku karya sendiri, santai, waktunya pun luwes. Jika capek bisa langsung beristirahat. Hal seperti itu tidak kita dapatkan bila mengedit berita harian di sebuah surat kabar.
Pada akhirnya buku itu pun jadi, tapi masih berupa naskah "matang" setebal 100 halaman. Selanjutnya saya harus mencari penerbit. Kembali browsing di internet, dan ketemu penerbit yang memberikan tawaran fleksibel: bisa cetak massal, bisa pula PoD (Print on Demand). Saya pun memulai kontak, dan terjalinlah komunikasi. Alhamdulillah, mendapat respon positif. Penerbit minta saya mengirim naskahnya segera.
Naskah buku pertama saya berjudul "DEPATI KURIS NOTOYUDO", itu sekarang sudah di meja penerbit. Mohon doa agar semua proses berjalan lancar.