Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sejarah, Persepsi, Hingga Kehadiran "Djiugo"

16 November 2017   17:06 Diperbarui: 16 November 2017   17:12 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan selebriti Nabila Syakieb dan Atlet berkuda ketangkasan (equestrian) Indonesia Reshwara Radinal menunjukkan aplikasi Djiugo dalam peluncuran aplikasi Djiugo di Jakarta, Selasa (14/11)| dok.pribadi

Indonesia memiliki sejarah kemaritiman yang kuat pada abad ke-7 Masehi. Melalui armada yang dimiliki kerajaan Hindu dan Budha kala itu, binatang kuda di Indonesia mengalami pengembang-biakan dan penyebaran yang cepat ke seluruh wilayahnya.

Dipengaruhi iklim tropis, kuda Indonesia memiliki cirinya sendiri. Tinggi badannya rata-rata berkisar 1,15-1,35 meter, bentuk kepala umumnya besar, serta berdaun telinga kecil. Kuda tersebut pada umumnya dikenal sebagai kuda poni. 

Semenjak kedatangan kapal Portugis di Indonesia Timur pada abad ke-16, terjadi tukar-menukar barang dagangan yang menghasilkan persilangan keturunan kuda Eropa.

Perkembangan terbaru jumlah kuda di Indonesia sempat mengalami penurunan angka di pertengahan abad ke-20 akibat merebaknya penyakit Anthrax. Namun, dengan adanya perkawinan silang dengan kuda Australia, angka tersebut meningkat kembali sehingga terjadi perbaikan kecepatan dan meningkatnya daya tahan tubuh.

Sebagai salah satu contoh nyata, hasil sensus ternak Dinas Peternakan kabupaten Sumba Timur tahun 2008 terdata sebanyak 28,804 ekor kuda dengan komposisi jantan 9,846 ekor, dan betina 18,958 ekor. Diperkirakan angka tersebut akan terus meningkat hingga sekarang.

Seiring perkembangan zaman, kuda bukan saja digunakan sebagai alat pengangkut barang atau jasa transportasi. Kini, kuda dapat dimanfaatkan sebagai sarana kesehatan.

Rahmat Natsir, Head Coach dan General Manager Anantya Riding Club, mengungkapkan bahwa adanya sebuah terapi terkini untuk anak-anak pengidap autis yang dikenal sebagai equine therapy. Terapi tersebut dikenal sebagai terapi menunggang kuda untuk pengidap autisme. 

Penelitian menunjukkan efektivitas equine therapy yang mampu menurunkan tekanan darah dan laju kinerja jantung, meredakan stres, menurunkan gejala kecemasan dan depresi. "Equine therapymampu menstimulus kemampuan emosional, sensorik dan motorik pengidap autisme. Hal ini karena interaksi dengan kuda, seperti makan, menyisir rambut dan ekor, serta menunggang kuda dapat membantu membangun konsentrasi dan mendorong kemampuan komunikasi pengidap autisme," rinci Rahmat.

Sepanjang pemahaman masyarakat Indonesia memang masih menganggap hobi berkuda itu harus memiliki modal yang mahal, apalagi jika mengingat harga membeli satu kudanya. Untuk itulah, Rahmat Natsir mendukung keberadaan Djiugo, sebuah pionir aplikasi dan situs yang menyediakan berbagai informasi terkini dan layanan lengkap seputar dunia berkuda.

Startupteknologi Djiugo melayani jasa jual-beli kuda, jasa pelatih, profesional, paket perjalanan, dan logistik berkuda berstandar tinggi. Melalui aksesnya ke pasar internasional, Djiugo menghubungkan pengguna dengan berbagai komunitas-komunitas berkuda di seluruh dunia.

Startupini didirikan oleh rekan Rahmat Natsir, Reshwara Radinal beserta istrinya dari kalangan selebriti yang memiliki hobi yang sama, Nabila Syakieb. Mereka berdua telah lama berkecimpung di industri berkuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun