Mohon tunggu...
Dharma Sandy
Dharma Sandy Mohon Tunggu... Novelis - Dharma

Menulis untuk berbagi kisah dalam dari hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Telah Pergi

25 Maret 2019   12:49 Diperbarui: 25 Maret 2019   13:15 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja adalah waktu yang sempurna untuk menikmati indahnya ciptaan tuhan. Mentari yang  mulai menyingsing, burung-burung yang terbang kembali ke sangkarnya sembari bernyanyi, angin yang berhembus melambai-lambaikan daun pohon kelapa. Membuat alam seolah-olah menari dan bernyanyi. menghibur insan-insan yang bersedih hati.

Kunikmati kesendiraanku di bawah pohon kelapa, di pinggir pantai, ditemani desiran ombak yang bergulung-gukung, menerjang karang-karang yang berdiri kokoh dipinggir pantai. Tak pernah goyah apalagi runtuh hanya karena terjangan ombak yang setiap hari menghampirinya Dia seakan telah berteman dengan ombak, sehingga terjangannya menghasilkan suara yang menentramkan jiwa.

Sinar matahari membias dan memantul di atas air yang kini mulai surut, mengundang mega merah yang menjadi pertanda bahwa hari semakin senja. Semua pengunjung pantai yang dari tadi asyik bermain dan bercengkrama di bibir pantai, perlahan mulai pergi, meninggalkan ku sendiri. Membawaku pergi kemasa lalu, masa-masa saat Aku masih bersamanya yang kini telah pergi, tanpa pernah mngucap kata permisi.

Dulu ditempat yang sama, tempat saat ini Aku duduk sendiri, dari belakang ada seorang yang datang menghampiriku, orang yang selama ini diam-diam Aku cintai, dan namanya selalu kusimpan didalam hati, dia lalu duduk disampingku.

"Gak ikutan renang?" Dia menyapa, tanpa memandangku, matanya memandang jauh ke arah matahari tempat ia tenggelam.

"Enggak. Kebetulan juga gak bisa renang, nanti kalau tenggelam kasihan yang lain akan kerepotan." Aku menjawabnya, sambil memalingkan wajahku, menatap seorang yang selama ini diam-diam kukagumi ini.

"Adaapa?" sambungku.

"Enggak ada apa-apa. Kebetulan saja semua temanku sedang asyik main air, dan dari tadi Aku duduk disana sendirian, lama-kelamaan bosan, eh Aku lihat Kakak juga sedang duduk sendiri disini, ya sudah Aku samperin aja, biar ada teman ngobrol." Katanya sambil menunjuk ke salah satu arah gazebo yang tak jauh dari tempat Kami saat ini.

Tak ada kata yang terucap dari mulut Kami, cukup lama Kami memamtung dan tenggelam dalam lamunan masing-masing, matahari nampak tersenyum menyapa, menyuruh agar kami ikut tertawa, apalagi Aku yang kini sedang duduk dengan orang yang sudah lama kucinta, harusnya Aku bahagia dan menyampaikan apa yang selama ini kurasa, agar tak ada lagi jarak diantara kita.

Dari arah kejauhan sahabatku yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri menghampiriku. Mungkin dia tahu kalau Aku sedang bersama cintaku karena padanyalah selama ini Aku curhat akan perasaan yang melanda hatiku.

"Arman.. !" sapanya saat dia berada didekatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun