Mohon tunggu...
Andra Sandy M
Andra Sandy M Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Produk Gula Semut Indonesia Berpotensi Kuasai Pasar Dunia

27 Desember 2016   16:14 Diperbarui: 27 Desember 2016   16:23 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Tempo.co

Gula semut merupakan produk pangan lokal Indonesia yang memiliki potensi sangat besar, tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Adapun keunggulan gula semut lebih baik dari gula merah cetak adalah segi komposisi, rasa, aroma yang khas, dan juga nilai ekonominya dinilai lebih baik dari para kompetitornya. Selain itu, gula semut ini mudah larut dalam air dingin dan panas serta pengemasannya praktis dalam kantong sehingga mudah dikombinasikan dengan bahan lain seperti pada industri pengelolaan makanan dan minuman.

Gula semut biasa disebut gula merah palma (palm sugar), yang dikristalkan, bukan dicetak dalam berbagai bentuk. Selama ini, yang disebut gula semut harus terbuat dari bahan nira palma seperti kelapa (Cocos nucifera), aren (Arenga pinata), atau lontar (Borassus flabellifer). Meskipun demikian, saat ini gula semut juga bisa dibuat dari tebu karena selama ini bahan baku gula merah paling banyak juga berasal dari tebu. Gula semut ini banyak diminati oleh masyarakat, selain kadar gulanya yang tidak terlalu tinggi, jenis gula ini mengandung senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Sekarang ini pengrajin gula semut skala rumahan, UMKM, dan UKM, sudah mulai bermunculan di berbagai penjuru Indonesia. Beberapa sentra industri gula semut yang cukup terkenal antara lain dari Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, dan Kabupaten Lebak, Banten. Tidak hanya pasar lokal saja yang menjadi target pasar mereka, namun beberapa diantaranya mulai merambah pasar mancanegara.

Seperti halnya di tahun 2015 lalu, sebanyak 380 pengrajin gula semut di Banjarnegara telah terverifikasi dan setiap bulannya mampu menghasilkan sekitar 15 ton gula semut untuk selanjutnya diekspor ke Amerika Serikat dan pasar Eropa. Petani gula semut di Semarang juga mendapat pesanan 200 ton per bulan untuk dikirim ke Turki, lalu ada juga pelaku bisnis gula semut dari Kabupaten Lebak, Banten, yang tiap bulannya mengirim 20 – 30 ton gula semut ke Australia.

Jika dilihat dari sumber daya yang ada, Indonesia sebenarnya mampu menguasai pasar ekspor gula semut dunia. Makin menjamurnya pengusaha gula semut baru yang bermunculan menjadi indikasi potensi komoditas tersebut mampu menjadi andalan ekspor tanah air. Namun, ada beberapa kendala yang harus dihadapi oleh para pengusaha gula semut baru di tanah air, mulai dari mutu produk yang tidak standar, kurang higienis, tercampur bahan kimia, dan tercampur bahan lain yang membuat kualitasnya berkurang.

Selain itu, peralatan yang masih tergolong tradisional juga membuat produksi gula semut menjadi tidak maksimal. Masalah modal tentu menjadi masalah klasik yang dialami mereka membuat mental wirausaha mereka naik turun karena ada perasaan takut jika merugi terlalu banyak.

Oleh karena itu, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat harus ‘turun gunung’ untuk memaksimalkan potensi gula semut tersebut. Misalkan, pengusaha gula semut diberikan pendampingan yang lebih intensif untuk peningkatan kapasitas agar mampu menghasilkan produk yang memiliki daya saing, higienis, dan memiliki standar internasional. Bantuan peralatan juga sangat diperlukan agar produksi lebih efisien dan pastinya akses modal yang mudah akan memudahkan para pengusaha ini menjalankan usahanya dengan lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun