Mohon tunggu...
sandy Miftah
sandy Miftah Mohon Tunggu... Petani - Outdoor enthusiast

Menikmati ragam perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gunung pun Butuh Istirahat

9 Januari 2020   06:00 Diperbarui: 9 Januari 2020   06:15 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disuatu sore menjelang malam, ditemani hangatnya kopi hitam bersama salah satu rekan terbaik dalam bercerita. Sebuah diskusi sederhana bersama seorang pendaki gunung yang sudah hampir  20 tahun lamanya menjadi bagian dari penikmat dan (mungkin) mencintai alam. Berdasarkan pengalaman dia yang jauh diatas rata -- rata, dengan status bukan dari komunitas pecinta alam atau outdoor activity.

Dia bercerita tentang kondisi gunung saat ini, 5 hinggga 10 tahun kebelakang pendakian gunung masih cukup jarang bahkan masih dibilang sepi, bahkan di beberapa gunung belum ada basecamp resmi. Sekedar rumah warga atau rumah kepala desa yang dijadikan basecamp untuk tempat istirahat atau bersinggah.

Di era sekarang ini pendakian gunung bisa dibilang sangat ramai, hampir setiap weekend gunung -- gunung di Indonesia ramai didaki, efek nyata dari kondisi tersebut kemungkinan rusaknya beberapa bagian ekosistem dan keasrian dari gunung tersebut. Lupakan sejenak untuk saling menyalahkan karena semuanya tanggung jawab kita bersama, untuk menjaga dan saling mengingatkan.

Beruntunglah untuk beberapa gunung di Indonesia yang terletak di kawasan taman nasional, karena biasanya diawal tahun ada sedikit jeda untuk mereka beristirahat.

Rentang awal januari hingga april biasanya gunung -- gunung yang berada dikawasan taman nasional akan ditutup untuk pendakian, gunung -- gunung tersebut diberi waktu untuk pemulihan ekosistem.

Namun apa kabar gunung yang lain? Gunung -- gunung yang masih bebas didaki kapan pun, mereka pun sama butuh sedikit waktu untuk beristirahat.

Dokpri.
Dokpri.
Anggaplah gunung - gunung ini sebagai rumah, binatang  dan tumbuhan di dalamnya adalah penghuni rumahnya. Sedangkan kita manusia -- manusia yang mendaki gunung adalah tamunya.

Bayangkan suatu rumah yang tiap waktu rutin dikunjungi tamu, apa kabar mereka para penghuninya? Sampai kapan bintang -- binatang harus bersembunyi atau merasa risih karena di rumah atau halamannya ramai dengan tamu, mereka butuh sedikit kebebasan untuk bermain dirumahnya sendiri.

Sedangkan untuk tumbuhannya, mereka juga butuh sedikit kebebasan untuk tumbuh dan berkembang tanpa ada campur tangan dari para tamu. Bukankah kita sebagai manusia seutuhnya pun kadang risih ketika ada tamu yang terlalu lama mampir dirumah kita? Syukur lah ketika mereka sopan dan menghargai kita, bayangkan ketika mereka mengganggu bahkan mengusik, bukankah kita ingin dihargai juga.

Mari sesekali tempatkan diri kita di posisi mereka, sekalipun mereka bukan manusia tapi mereka adalah mahluk hidup. Mereka butuh ruang untuk bergerak bebas, untuk menikmati bebasnya sebuah kehidupan.

Bukan mereka yang harus dibatasi ruang geraknya, tapi kita yang butuh sedikit kesadaran untuk mengerti dan paham dengan kondisi mereka. Bukankah kita mahluk hidup yang diciptakan paling sempurna dengan akal dan pikirannya? Mari buktikan itu.

Mendaki gunung bukanlah sebuah kesalahan, tapi tetap menjaga dan menghargai gunung beserta isinya adalah kebijakan. Karena sejatinya semua mahluk hidup dan yang mati, butuh sedikit ruang untuk berhenti sejenak dari rutinitas yang itu -- itu saja, untuk menikmati sedikitnya kebebasan diantara rutinitas, yang kita sebut istirahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun