Mohon tunggu...
Humaniora

Pentingnya Pendidikan Akhlak Sejak Dini

18 November 2015   11:20 Diperbarui: 18 November 2015   12:12 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dengan perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih moderen. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran, namun terkadang dengan terpengaruhnya lingkungan dan kurangnya agama bisa mempengaruhi perubahan terhadap anak itu sendiri. Tak dapat disangkal, bahwa semua itu karena minimnya pendidikan agama sedari dini, sejak manusia dalam kandungnya. Sejak kecil harusnya seorang anak tidak dibiarkan berkeliaran di luar kontrol orang tua. Orang tua terkadang sibuk mencari nafkah, demi kelangsungan hidup keluarganya. Mereka lupa hakekatnya pendidikan akhlak dan kasih sayang kepada anak adalah lebih penting dari sekedar menimbun uang. anak, amanah atas kedua orang tua. Seorang ayah adalah penanggung jawab pertama dalam keluarga karena ayah sebagai pemimpin rumah tangganya, maka ia akan ditanyai tentang rumah tangganya.

Rasulullah shalallahu ‘alaihiwasalam bersabda :
Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya, dan ia akan ditanya atas kepemimpinanya, dan seorang istri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anaknya, maka ia akan ditanya tentang mereka.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Oleh sebab itu, kedua orang tua harus bangkit melaksanakan kewajibannya terhadap anak, berupa perhatian, pengawasan, dan pendidikan yang baik, agar kelak menjadi generasi yang dapat memberi manfaat bagi orang tua dan kaum Muslimin yang lain.
Hal pertama yang perlu diajarkan kepada anak, terutama ibu memiliki peranan terbesar dalam pendidikan anak-anaknya. Akan tetapi seringkali mereka tidak mengetahui dari mana mereka harus mulai menanamkan akidah islam pada buah hatinya, bagaimana mengajarkannya dan bagaimana menanccapkannya pada hati mereka.

Rasulullah SAW adalah teladan tebaik bagi kita dalam segala ha;, termasuk dalam pergaulan beliau dengan anak-anak. Dalam masalah ini, kita bisa memetik lima pokok dalam pendidikan beliau terhadap akidah anak-anak.

1. Membiasakan anak mengucapkan dan mendengarkan kalimat Tauhid dan memahamkan maknya jika ia telah besar. Wajib atas orang tua untuk menumbuhkan tauhid terhadap Allah SWT. pada anak-anaknya sejak dini. Oleh karena itu, ajarkan dan pahamkan kepada anak bahwa Tuhan mereka dalazh Allah SWT. Dan dialahyang menciptakan, yang memberi rezeki, dan yang menghidupkan. Setelah mengenal keagungan Allah SWT.

2. Menanamkan kecintaan anak terhdap Allah SWT. Dalamnya kecintaan kepada Allah SWT. Dan tertanamnya keimanan terhadap takdirnya membawa seorang anak untuk bisa menghadapi hidupnya dengan optimis dan tawakkal. Benih cinta kepada Allah yang tertanam akan menumbuhkan keberanian, karena dia akan menyadari bahwa tidak ada yang pantas ditakuti kecuali kemurkaannya.

3. Menanamkan kecintaan anak pada Nabi Muhammad SAW. Dari Umar bin Khattab ra. Rasulullah SAW. Bersabda, “ tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dia cintai daripada ayahnya, anaknya dan seluruh manusia.” (H.R. Bukhari)

4. An pada anak al-Quran. Sepantasnya bagi orang tua untuk memulai pelajaran bagi putra-putrinya dengan Al-Qur’an sejak dini. Yang demikian itu untuk menanamkan pada merreka bahwa Allah SWT. Adalah Rabb mereka dan Al-Qur’an adalah firmannya. Menancapkan ruh Al-Qur’an pada hati-hati mereka dan cahaya Al-Qur’an pada pikiran-pikiran mereka, sehingga mereka tumbuh di atas kecintaan kepada Al-Qur’an hati mereka menjadi terikat padanya sehingga mereka siap untuk mengikuti perintahnya dan berhenti dari larangan-larangan yang ada padanya, berakhlak dengan akhlak Al-Qur’an dan berjalan diatas Manhajnya. Imam As-Suyuthi mengatakan bahwa mengajarkan Al-Qur’an pada anak merupakan salah satu pokok islam agar mereka tumbuh di atas fitrahnya, dan cahaya hikmah itu lebih dahulu menancap di hati mereka sebelum menetapnya hawa nafsu, kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan.

5. Mendidik anak untuk berakhlak yang baik. Islam sebagai agama yang sempurna dan relevan di setiap tempat dan zaman sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak. Nabi diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Sebagaimana sabdanya “aku diutus oleh Allah tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh” (H.R. Ahmad, disahihkan oleh Al Albani). Akhlak merupakan tolak ukur iman seseorang. Sebagaimana Rasulullah SAW. Bersabda “orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling sempurna akhlaknya” (H.R. Ahmad dan Tirmidzi, disahihkan oleh Al Albani). Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW. Pernah ditanya tentang penyebab yang paling banyak orang masuk surga. Beliau menjawab “takwa kepada Allah dan Akhlak yang baik.” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad, disahihkan oleh Al Albani). “tidak ada sesuatu yang paling berat dalam timbangan melebihi Akhlak yang baik.” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud),

Hadits-hadits di atas menunjukkan betapa akhlak yang baik memiliki keutamaan dan ketinggian derajat. Sudah sepantasnya apabila kita berusaha untuk memilikinya. Tetapi perlu diingat bahwa ukuran baik buruknya akhlak seseorang tidaklah didasari oleh selera individu masing-masing, atau menurut adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Semua harus berpedoman menurut norma Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun