Mohon tunggu...
Sandra RizkyaRudianti
Sandra RizkyaRudianti Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

Saya sangat gemar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Mampu Mempertahankan Eksistensi Manusia

17 Desember 2022   07:10 Diperbarui: 17 Desember 2022   07:25 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Upaya sadar seseorang untuk mencapai potensi penuhnya adalah inti dari pendidikan. Pendidikan juga dapat diibaratkan sebagai proses humanisasi, yang berarti membantu manusia menjadi manusia sejati yang sesuai dengan kodratnya. Pendidikan akan membantu individu menemukan hakikat dan jati dirinya yang sebenarnya (Pidarta, 2014). Oleh karena itu, pendidikan harus diperlukan untuk membuat manusia menjadi manusia. Meskipun banyak orang di masyarakat saat ini yang mengenyam pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD) , hingga perguruan tinggi, mereka masih kesulitan untuk menjawab pertanyaan tentang diri mereka sendiri. Sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus mampu mengembangkan potensi setiap anak, maka proses pendidikan humanisasi harus dimulai sejak usia dini.

Pendidikan yang diberikan oleh Ki Hajar Dewantara bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang merdeka jasmani dan rohani, yang menggunakan akal budi dan jasmani untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna yang bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, dan bangsa. kemanusiaan secara keseluruhan. Masa keemasan atau masa kanak-kanak awal disebut golden ege, karena anak dapat dengan cepat mengingat apa yang dia dengar dari orang lain dan merupakan peniru yang sangat baik pada usia ini. Menurut Fadlilah & Khorida (2016), masa keemasan anak merupakan masa yang ideal untuk menanamkan akhlak dan karakter yang nantinya diharapkan dapat membentuk kepribadiannya. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan apa yang telah dipelajari sejak masa emas, proses humanisasi perlu dimulai pada Pendidikan.

Tujuan pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Bapak Pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara adalah agar peserta didik merdeka lahir dan batin. Pendidikan sebagai humanisasi merupakan perpaduan antara kebudayaan dan pendidikan. Pembahasan ini sejalan dengan pendapat Aziz (2016) bahwa pendidikan humanis mampu mengenali dan mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan humanis juga berfungsi sebagai pedoman untuk menjadi manusia yang seutuhnya yang dapat berlaku yang manusiawi.

Pendidikan juga salah satu proses atau arahan manusia untuk mengikuti sifat kemanusiaannya sebagai bantuan yang diberikan dari orang dewasa untuk perkembangan anak sebagai pencapaian perkembangan agar anak cukup mampu untuk menjalani kehidupannya dengan tujuan mandiri. Orang tidak dapat dibedakan dan tidak dapat dipisahkan dari siklus pendidikan, karena kehidupan manusia terlihat pada eksistensi pendidikannya. Melalui pendidikan yang baik serta unggul dapat melahirkan karakter-karakter individu yang unggul atau sebaliknya.

Eksistensi manusia juga disinggung sebagai eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi yaitu muncul, atau setidaknya, tampil sebagai perbedaan, langkah tepat yang harus diambil setiap individu untuk dirinya sendiri. Kierkegaard mengatakan bahwa hidup manusia mengandung arti berani menentukan pilihan dalam menentukan hidup.

Sejarah menunjukkan bahwa seorang individu tumbuh dan berkembang membutuhkan orang lain, karena membutuhkan proses, yang dimaksud proses ini adalah pendidikan. Ketika kita masih kecil, kita diajari melalui kasih sayang orang tua, bahkan sejak di dalam perut, seorang ibu sudah merawat dirinya sendiri dengan harapan bahwa hal itu pasti akan berdampak pada calon bayi yang dikandungnya. Pendidikan adalah awal dari manusia dan dilakukan oleh manusia itu sendiri dengan tujuan untuk terus menjaga dan mempertahankan eksistensi manusia. Ketika eksistensi ini lenyap, maka pada saat itu sebenarnya dia bukanlah manusia, karena hal itu terdapat dalam sifat-sifatnya sebagai pribadi yang tidak mencerminkan perilaku kemanusiaannya.

Manusia merupakan satu-satunya mahluk yang dapat berkembang baik secara subyektif maupun kuantitatif. Di dalam komponen-komponen tersebut terdapat potensi yang dapat diciptakan, dan itu merupakan salah satu tata cara manusia dalam mengimbangi keberadaan umat manusia. Orang-orang juga memiliki masyarakat yang berbeda yang akan terus berkembang mengisi sebagian dari kehidupan mereka. Seperti itu, manusia dapat disebut sebagai makhluk berbudaya dan berkreasi seiring perkembangan zaman dan pengungkapan berbagai perkembangan untuk kelangsungan hidup yang unggul. Terdapat suatu gambaran tentang hakikat manusia dan cara pandang manusianya. Dengan demikian, tugas pendidikan dalam menunjukkan eksistensinya sangat penting untuk untuk mewadahi perkembangan manusia secara tepat.

Salah satu alasan pendidikan sangat penting bagi manusia dalam menunjukan eksistensinya, yaitu dapat melahirkan anak sebagai salah satu penerus bangsa yang cerdas dan kreatif dengan memiliki edukasi seseorang dapat menjadi yang lebih baik, mengetahui mana yang benar dan salah, dan melalui pendidikan kita bisa memutus mata rantai kemiskinan serta memutus pola pikir orang dahulu tentang anak mereka harus sama derajatnya dengan profesi ayahnya contohnya seperti anak tukang becak harus dengan tukang becak kembali. hal itu membuat mata pencaharian mereka akan menetap di angka yang kurang dalam memenuhi kebutuhaannya. Dengan melalui pendidikan masalah tersebut bisa diatasi dan diputus mata rantai kemiskinanya dengan pola pikir yang maju. Tanpa pendidikan dapat mengakibatkan anak menjadi minder dan berujung frustsi dan semakin kurang terbuka untuk bisa mengembangkan dirinya sendiri.

Sebuah gagasan untuk menunjukkan bahwa pendidikan sebagai humanisasi. memberikan kesempatan kepada siswa kita, bukan kebebasan yang tidak terbatas melainkan kebebasan yang dibatasi oleh kebutuhan alam yang asli dan terhadap budaya, khususnya kemewahan dan kecanggihan kehidupan manusia. Dasar kebangsaan harus digunakan agar kebudayaan dapat menyelamatkan dan memperbaiki kehidupan, serta penghidupan seseorang dan masyarakat, tetapi tidak boleh bertentangan dengan landasan yang lebih besar, yaitu kemanusiaan.

Ki Hajar Dewantara merancang sistem pendidikan yang dikenal dengan pendidikan sebagai humanisasi. sedemikian rupa sehingga bertujuan untuk membebaskan pendidikan dari kendala yang dipaksakan oleh kolonialisme Belanda. Dia ingin pendidikan di Indonesia bermanfaat baginya secara khusus, dan dia juga ingin pendidikan membantu mengembangkan potensi orang lain tanpa perlu paksaan atau otoriter dari siapapun. .Manusia memiliki kelebihan akal untuk mewujudkan potensi penuh mereka, yang membedakan mereka dari hewan lain. Manusia, moral, dan religio nilai-nilai kita yang mendasari hubungan manusia harus menjadi landasan bagi pendidikan (Rijanto, 2007). Manusia berbeda dari hewan lain bahkan dalam aktivitas sehari-hari mereka. misalnya manusia dan hewan. perbedaan mencolok dari makanan dan berinteraksi. Karena dari itu, manusia harus dapat memanfaatkan kelebihan akal yang telah disediakan Tuhan Yang Maha Esa.

Model pembelajaran humanistik meliputi: humanisasi di kelas, pembelajaran aktif, pembelajaran yang dapat memperdalam pengetahuan, dan pembelajaran cepat. Pendidikan humanis menekankan partisipasi aktif baik dari pihak guru maupun siswa. Oleh karena itu, pembelajaran tidak hanya melibatkan guru tetapi juga proses interaksi dengan siswanya. Pendidikan juga merupakan sarana belajar sepanjang hayat dan sebagai transfer pengetahuan. Di Indonesia, pendidikan humanis harus dimulai sejak usia dini. Alhasil, pendidikan humanis dapat dilaksanakan sedini mungkin pada jenjang PAUD. Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa anak-anak antara usia 0 dan 6 tahun memiliki karakteristik yang berbeda dan merupakan manusia murni yang harus mewujudkan potensinya secara maksimal. Dalam hal pembelajaran, peserta didik harus merdeka dan mandiri, tanpa pendekatan otoriter dalam menentukan pilihan anak didik. Hal ini penting untuk perkembangan potensi anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun