Mohon tunggu...
Sandra Suryadana
Sandra Suryadana Mohon Tunggu... Dokter - 30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Memimpikan Indonesia yang aman bagi perempuan dan anak-anak. More of me: https://sandrasuryadana.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Manajemen Amarah

23 Desember 2017   10:29 Diperbarui: 23 Desember 2017   10:50 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari terakhir ini, masyarakat dihebohkan dengan pemberitaan mengenai seorang suami yang tega membakar dan memutilasi istrinya sendiri karena istrinya terus-menerus mendesak minta dibelikan mobil. 

Semua orang pasti terhenyak mendengar berita ini, tega sekali si suami. Saya pribadi rasanya sudah mati rasa mendengar berita seperti ini. Menonton berita kriminal yang biasa ditayangkan tengah hari, sebagian besar isinya kurang lebih seperti itu. 

Seseorang dibunuh oleh orang yang sudah dikenalnya hanya karena orang tersebut marah atau sakit hati terhadap tindakan atau perkataan korban. Bahkan kita semua pasti masih ingat dengan cerita seorang wanita yang dibunuh oleh pelanggannya saat sedang berhubungan seksual karena perempuan tersebut mengatai si pelanggan bau badan.

Semua berita ini tentu saja miris, nyawa seseorang dengan mudahnya bisa melayang hanya karena salah omong atau salah gerak. Terlepas dari apakah pelaku memiliki gangguan mental atau tidak, bagi saya yang lebih miris adalah fakta banyaknya orang dewasa yang tidak bisa mengelola kemarahannya dengan sehat. Bagaimana seseorang bisa begitu marah mendengar satu kritik atau hinaan lalu langsung mengambil langkah membunuh orang tersebut? Well, that escalated quickly.

Saya pernah bekerja di sebuah RS dengan direktur RS yang punya masalah kronis dengan manajemen amarah. Di hari-hari biasa, beliau adalah orang yang cukup humoris dan dokter yang sangat terampil sekali, tetapi emosinya sangat mudah terpancing bahkan terhadap hal-hal kecil sekalipun terutama bila moodnya sedang tidak baik. 

Dan bila sudah marah, beliau tidak segan untuk melempar atau memukul barang, juga melontarkan kata-kata kasar bahkan bisa di depan pasien-pasien. Dari kontrak kerja saya yang seharusnya 2 tahun, saya akhirnya mengundurkan diri di tahun pertama. Bagi saya, bekerja bukan hanya untuk mencari uang tetapi juga untuk menambah pengalaman dan meningkatkan ketrampilan saya.

Saya sangat tidak nyaman bekerja bersama beliau dan sulit bagi saya untuk bisa mempercayai seseorang yang tidak bisa mengendalikan amarahnya. Bagaimana dia bisa mengatur sebuah institusi yang besar apabila mengatur internal dirinya sendiri saja dia tidak bisa?

Saya yakin orang-orang seperti mantan bos saya itu juga pernah ditemui oleh pembaca semua. Entah itu bos kita, guru kita, suami kita, senior kita bahkan orang tua kita sendiri. 

Coba dibuat daftarnya berapa banyak orang dalam hidup kita yang mempunyai masalah manajemen amarah ini. Betapa mengerikannya bahwa orang-orang yang kepadanya seharusnya kita bisa berguru, yang seharusnya menjadi teladan, memberikan arahan dan bimbingan kepada kita ternyata masih bermasalah dengan salah satu emosi paling dasar dalam diri manusia.

Manusia memiliki beberapa emosi dasar (masih belum ada kesepakatan resmi mengenai hal ini, ada yang menyebut 4, 6, 7 bahkan 10). Tetapi saya berusaha menyampaikan berdasarkan hal yang paling mudah kita ingat yaitu film kartun Disney Inside Out. 

Dalam film tersebut, digambarkan bahwa ada 5 emosi dasar dalam diri manusia yaitu rasa gembira, rasa sedih, rasa jijik, rasa takut dan terakhir rasa marah. Kelima emosi ini sudah ada dalam diri manusia sejak manusia diciptakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun