Mohon tunggu...
Sandra Suryadana
Sandra Suryadana Mohon Tunggu... Dokter - 30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Memimpikan Indonesia yang aman bagi perempuan dan anak-anak. More of me: https://sandrasuryadana.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Akibat Terlambatnya Pendidikan Seks di Indonesia

7 November 2017   13:20 Diperbarui: 8 November 2017   21:29 4497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Foto: Freepik.com

Melalui artikel ini saya ingin menekankan kembali mengenai betapa terlambat dan salahnya pendidikan seksualitas dari orang dewasa terhadap anak-anak. Artikel ini saya tulis sebagai suplemen dari artikel saya sebelumnya di sini.

Saya akan memulai dengan menceritakan pengalaman saya yang sudah saya generalisasi. Saya generalisasikan karena kejadian ini bukan hanya sekali dua kali terjadi, tetapi cukup sering, dan semuanya dengan pola yang kurang lebih sama.

Seorang anak perempuan usia balita datang ke klinik diantar orang tuanya dengan keluhannya nyeri saat buang air kecil bahkan disertai darah. Anak tersebut datang dalam kondisi murung, sulit diajak komunikasi, hanya menjawab dengan mengangguk atau menggeleng. Orang tua memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa anak mengakui bahwa ada orang dewasa lain memasukkan jarinya ke dalam kemaluan mereka. Lalu orang tua berkata kepada saya, "Tolong diperiksa dok, apakah selaput daranya masih utuh."

Setiap kali saya kedatangan pasien seperti ini, disambung dengan pertanyaan seperti itu, hati saya selalu tersayat-sayat, ingin rasanya menempeleng orang tua yang seperti itu. Apakah hanya itu yang kalian pikirkan? Selaput darakah yang paling penting dalam kehidupan anak kalian? Bagaimana dengan batin yang terluka, jiwa yang hancur, perasaan yang tercabik, pikiran yang semrawut dan kebingungan yang tanpa akhir dalam diri anak ini, akibat perbuatan orang yang dikuasai iblis? Siapa yang tahu akan tumbuh menjadi seperti apa anak ini. Dia bisa jadi menjadi anak yang bermasalah, yang bahkan tidak peduli apakah selaput daranya masih utuh atau tidak, karena ada jutaan hal lain yang berkecamuk dalam dirinya.

Di usia balita, anak-anak seharusnya baru mulai memahami bahwa tidak semua orang terlahir sama, ada perempuan ada laki-laki. Perempuan memiliki ciri tubuh seperti ini, berbeda dari laki-laki. Mereka mungkin belum memahami bahwa ada area-area dari tubuh mereka yang tidak boleh disentuh oleh sembarang orang yang tidak punya kepentingan. 

Tetapi mereka sudah harus merasakan pengalaman yang begitu traumatis dan destruktif, seringkali dengan iming-iming permen, uang jajan atau hal remeh lainnya. Coba bayangkan Anda adalah anak tersebut, setelah mengalami kejadian itu, menurut Anda, Anda akan tumbuh dengan harga diri senilai berapa? Apakah Anda masih bisa menghormati kesakralan hubungan seksual, masih bisa menganggap hubungan seksual sebagai suatu bahasa yang indah dan menyenangkan?

Dan pada kenyataannya, tidak ada satu orang dewasa pun yang mau membicarakan mengenai seks dan seksualitas dengan anak usia 5 tahun, karena apa sih yang anak kecil tahu? Ini omongan orang dewasa, anak kecil belum boleh tahu. Benarkah demikian? Melalui pengalaman yang saya ceritakan tadi, nyatanya anak usia balita bisa tahu lebih banyak daripada orang dewasa. Sayangnya pengetahuan mereka adalah berdasarkan pengalaman mereka, dan pengalaman itu buruk, dan tidak ada yang meralat atau mengoreksi.

Sepanjang yang saya ketahui (mohon dikoreksi bila saya salah) pendidikan seksualitas baru diajarkan di sekolah paling cepat saat kelas 6 SD, padahal anak-anak sekarang banyak yang sudah menstruasi saat mereka masih di kelas 4 SD. Kita lihat sendiri di berita-berita, anak kelas 6 SD sudah hamil dan melahirkan. Silakan cek sendiri di Google, berapa persen anak remaja usia 14-18 tahun yang sudah tidak perawan dan belum ada datanya berapa banyak yang sudah tidak perjaka.

Usia remaja adalah saat di mana anak-anak mengeksplor semua rasa ingin tahu mereka termasuk mengenai seks. Bila orang tua dan sekolah baru mulai memberikan pendidikan seksualitas di usia SMP, tentunya sudah sangat terlambat, apalagi dengan arus informasi secepat sekarang. Anda bisa jadi bulan-bulanan anak-anak Anda karena mereka tahu lebih banyak daripada yang Anda sampaikan, bahkan ilmu mereka lebih pragmatis. 

Pendidikan seks di sekolah saya dulu sangat membosankan, technically superficial dan tidak menyentuh inti rasa ingin tahu saya dan teman-teman saya sama sekali. Saya lebih banyak ngobrol dan bersenda gurau dengan teman sekelas saya saat pendidikan seks berlangsung karena apa yang mereka sampaikan bisa saya baca sendiri di buku. 

Yang ingin saya ketahui saat itu adalah kenapa saya harus memahami tentang hal ini, kenapa teman-teman laki-laki saya semuanya begitu antusias mengenai hal ini, kenapa mereka penasaran melihat dada atau paha perempuan. Apa yang akan terjadi kalau saya tunjukkan dada dan paha saya pada mereka? Mengapa saya jadi sering merasa aneh saat saya mandi dan mengusap payudara saya? Bagaimana bila payudara itu diusap oleh orang lain, apakah saya akan hamil, bagaimana rasanya hamil, dan puluhan juta pertanyaan lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun