Mohon tunggu...
sandi nurjaman
sandi nurjaman Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Siliwangi

Bahasa Bisa Mengubah Makna "DUNIA"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Surat Hujan Bulan Januari

11 Januari 2020   10:00 Diperbarui: 11 Januari 2020   10:08 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Surat Hujan 1 Desember

Hai Pelangi, bagaimana kabar mu. Aku harap kamu dalam keadaan sehat selalu ketika menerima surat ini. Bukan bermaksud ingin membuka luka lama yang kubuat, namun  aku  ingin meminta maaf atas kesalahan yang telah kubuat dengan menyakiti hatimu. Sebelumnya aku ingin berbagi terlebih dahulu sepenggal cerita yang terjadi antara aku dan hujan. Walaupun kamu nantinya, akan sulit memahami perasaan mana yang harus kamu ikuti.

Pelangi, aku menulis surat ini ketika rintikan air hujan turun tepat di siang hari yang cerah depan rumahku. Aku pun bingung, kenapa cerahnya pagi harus diwarnai dengan turunnya rintik hujan dan hembusan angin yang begitu kencang. Bahkan salah satu lembaran kertas yang aku siapkan untuk menulis surat ini terbawa terbang sampai keluar. Entah firasat apa, namun aku tetap berprasangka baik.

Kamu harus tahu pelangi, Ketika aku keluar dan berniat mengambil kertas tersebut tubuhku terasa terpaku dibawah guyuran rintik hujan tersebut. Hujan yang aku rasakan ini begitu mengingatkan aku dengan sebuah kenangan, dimana kita pernah bercanda dan tertawa Bersama kala itu, namun semakin deras rintik hujan yang aku rasakan, semakin jelas kenangan itu semakin terasa. Dan terbayang nyata dalam cerminan ngenangan air hujan yang tertampung dalam hatiku.

Kemudian hati ini Seolah merasakan dingin yang luar biasa pelangi teringat kesalahan yang telah aku buat hingga menyakiti hatimu, sehingga aku hanya bisa terdiam meratapi kertas yang sudah basah terkena air hujan.

Entah apa yang terjadi dengan diriku ini pelangi, saat aku terdiam, hati ini seolah ingin mengungkapkan banyak hal. Namun hal tersebut tidak bisa aku tuliskan dengan kata, maupun aku ucapkan  dengan lisan, bahkan dengan perbuatan sekalipun. Itu sangat sulit pelangi, dan entah seperti apa aku bisa mengungkapkannya.

Pelangi, dalam hujan itu pula aku merasakan bahwa setiap rintiknya yang turun kebumi  seolah menggambarkan tentang semua yang telah kita lalui bersama. Dan dalam renungan dibawah hujan ini pula, akupun melihat gambaran rasa kekecewaan hatimu yang mendalam. Maafkan aku pelangi.

Pelangi, aku tidak berniat meninggalkanmu pergi waktu itu, bukan karena ada sosok yang menggantikan dirimu, namun aku melihat ada yang berbeda dari dirimu yang membuat hati ini sedikit ragu, keraguan ini terus saja terbayang dan menghantuiku selama ini. hingga aku berpikir untuk pergi menenangkan hati dan pikiranku saat itu.

Pelangi, hampir lama aku mencoba berdamai dengan hatiku di dalam kesendirian.  Aku mencoba merenungi dan bertanya pada diriku apakah aku dapat menghilangkan keraguan tentang dirimu, sampai aku mendapat jawaban yang pasti saat aku kembali nanti.

Namun aku tidak mendapatkan hasil yang diharapkan, pelangi. Hanya ada sebuah keyakinan saja bahwa semua akan baik-baik saja. Mungkin keyakinan tersebut masih dapat digoyahkan oleh kuatnya angin keraguan hati, dan kuatnya arus kegundahan diri. Semuanya masih terlihat semu dan tidak berujung temu.

Sesaat aku akan kembali untuk mencerikan segala keresahan ini padamu, tubuhku seolah terdiam, dan hatiku seolah berbicara "jangan kau pergi menemuinya, semua itu akan menambah keraguan dalam hatimu." Terbesit dari dalam diri dan menjadikan aku semakin bimbang untuk bertemu denganmu. Mungkin perasaan tersebut berpengaruh terhadap keputusan jalan hidupku. Walaupun diri ini sangat ingin bertemu denganmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun