Mohon tunggu...
Sandi IhsanRafiqi
Sandi IhsanRafiqi Mohon Tunggu... Novelis - Pelajar SMAN 1 Padalarang

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Berbintang

19 September 2019   21:02 Diperbarui: 19 September 2019   21:03 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa bulan lalu, tepatnya juni 2019 adalah kala pertama kalinya aku akan mendaki gunung yang memiliki ketinggian 2821 mdpl yaitu gunung cikuray, yang berada di Garut, Jawa Barat. Kali ini aku ditemani dengan ketiga sahabatku yakni Akbar, Ihsan, dan Cepi.Sebelum aku pergi mendaki beberapa hari sebelumnya aku mulai mempersiapkan diriku mulai dari fisik, mental dan materi. 

Karena mendaki bukan hanya fisik saja yang dibutuhkan namun mental kita juga diuji saat digunung dimana kita harus Survive atau beratahan hidup disana. Selain itu aku harus memeriksa barang-barang dan alat-alat yang akan dibawa. Agar tas Carrier Tidak terlalu berat saat dibawa akupun harus memperhatikan Packing Yang baik dan benar karena agar berat tas sesuai dengan berat badan kita.

Setelah aku mempersiapkan diri aku langsung mengonfirmasi sahabat-sahabatku untuk kepastian keberangkatan. Karena Akbar sedang berada di Banjaran jadi kita akan bertemu di terminal leuwipanjang. Hari rabu yang sangat cerah pada saat jam menunjukan arah jarum pada angka 10 Aku, Ihsan, dan Cepi langsung meluncur ke terminal leuwipanjang. Sesampainya disana pada jam menunjukan pukul 11.00 Akbar tenyata masih dalam perjalanan jadi kita harus menunggu beberapa saat. Dia pun datang dengan membawa malika(sebutan tas Carrier hitamnya). 

Setelah berbincang-bincang kami pun langsung bergegas pergi melesat menuju terminal, setelah bercakap-cakap dengan petugas ternyata bis yang kami cari tidak ada disini namun kita bisa naik mobil elf dari sini. Tiba-tiba datang seorang supir elf menghampiri kami dan menawarkan untuk menuju terminal guntur yang mana itu adalah tujuan kami. Setelah kami berdiskusi maka kami setuju untuk naik mobil elf tersebut.

Berangkatlah kami menuju cikuray dimana kami harus mempersiapkan diri akan segala hal yang tidak terduga mungkin akan terjadi. Selama beberapa jam kita harus duduk didalam mobil yang sangat sempit dan karena banyak orang didalamnya, namun suasana perjalanan tidak terasa karena banyak hal yang terjadi di perjalanan mulai dari, macet, bercengkrama dengan penumpang lainnya tertawa bersama hingga dibohongi oleh pedagang cimol ada-ada saja haha. Setelah beberapa jam kami pun sampai ditujuan, setelah sampai ditujuan kami langsung dihampiri oleh supir angkot, namun aku bertanya "mang ke pemancar cikajang?" "Iya de hayu langsung", tanpa pikir panjang kamipun langsung naik, beberapa saat ada sesuatu yang mengganjal di benakku akupun bertanya lagi ke supir angkot tersebut "mang ini ke dayeuh manggung??" "Aduh de itumah harus muter lagi atuh sareng tebih deui engke ka luhurna 7-8 jam , ieu mah lewat olan jeung nanti kaluhurna oge kira-kira 6-7 jam". Kami pun hanya meng iya kan perkataan supir tersebut karena kita juga masih awam dengan daerah tersebut. Diperjalanan kita sudah dapat melihat gunung cikuray yang sangat megah nan besar itu pandangan kami pun tidak dapat terlepas ketika melihatnya. Banyak pertanyaan yang muncul dibenak kami, "apakah kami bisa menaklukan gunung itu, apakah yang akan terjadi disana, dll" dengan Bismillah InsyaAllah kami dapat melakukannya.

Kami pun diturunkan di pinggir jalan, kata sang supir kami hanya tinggal naik ojek untuk keatas. Sang supir pun bercakap-cakap dengan tukang ojek disitu, setelah setuju kamipun berterima kasih kepada supir tersebut dan langsung naik ojek menuju tempat tujuan. Dijalan kami disuguhkan dengan rumah-rumah warga, perkebunan, dan perhutanan yang masih hijau nan asri, setelah sekitar 10 menit kamipun sampai di tempat awal sebelum pendakian. Kami pun sholat ashar dan menjamak sholat dzuhur soalnya kami tidak sempat sholat dzuhur ketika di perjalanan, setelah selesai sholat kami melihat beberapa pendaki yang baru turun dari gunung dan kamipun bercengkrama dengan mereka bertanya-tanya soal medan, track, dan panjang waktu perjalanan. Setelah dirasa cukup beristirahat kami pun berdoa agar diberi keselamatan saat melakukan pendakian. Kamipun langsung berpamitan dengan pendaki-pendaki tersebut dan langsung melakukan pendakian perdana kami menuju puncak gunung cikuray berketinggian 2821 mdpl.

Perlahan demi perlahan langkah kami menyusuri jalanan berbatu yang menanjak, kami atur nafas kami, kami atur langkah kami seraya berdoa kepada yang kuasa agar kami di beri kelancaran dan keselamatan sampai ke puncak gunung. Selang beberapa lama kami sudah mulai lelah, nafas kami mulai tidak beraturan langkah kami menjadi berat, ternyata mendaki gunung tidak semudah apa yang kami bayangkan kami pun beristirahat sejenak sembari meminum air mineral. Perjalanan berlanjut, namun atmosfer mulai membiru mentari perlahan-lahan pulang ketempatnya bergantian dengan sang purnama yang mulai menampakan dirinya. Karena fisik kami yang sudah lelah jadi kami harus segera mendirikan tenda sebelum hari gelap, aku keluarkan tenda dari tas-ku dan kami mulai membangunnya. Saat mulai membangun terdengar suara orang lain dari kejauhan, semakin mendekat..semakin mendekat ternyata mereka adalah 3 anak SMP yang sama ingin mendaki gunung cikuray, kami pun menghimbau untuk tidak mendaki saat malam karena mungkin berbahaya, mereka pun setuju untuk mendirikan tenda. Untuk mengefektifkan waktu kami membagi tugas, Aku dan Ihsan mendirikan tenda sedangkan Akbar dan Cepi memasak untuk makan malam kami. Tenda selesai dibangun dan masakan pun jadi, setelah selesai kami langsung terlelap di keheningan malam dikaki gunung.

Heningnya malam terdengar suara jangkrik yang saling bersahutan satu sama lain, suasana tenda yang gelap dan sempit membuatku terbangun tengah malam mungkin sekitar jam 2 dini hari. Terdengar suara tenda sebelah seperti sedang membereskan tenda, namun aku hanya diam saja tak lama suara mereka pun menghilang seketika sahabat-sahabatku terbangun kami mulai berbincang-bincang untuk memecah malam yang sunyi. Tak lama akupun membuka pintu tenda....MaasyaAllah pertama kalinya dalam hidupku melihat pemandangan yang sangat indah. Mataku terpanah saat melihat angkasa yang penuh dihiasi bintang-bintang yang yang gemerlap berkedip-kedip seperti sedang menyapaku, bintang-bintang jatuh, lampu kota yang menghiasi dataran bumi yang tak ingin kalah dengan bintang-bintang di angkasa. Sungguh disaat itu juga aku menyadari bahwa diriku hanya bagaikan debu diantara alam semesta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun