Mohon tunggu...
SANDI BERNANDES
SANDI BERNANDES Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Jakarta

saya adalah seorang mahasiswa, yang aktif baik dalam perkuliahan maupun dalam organisasi dan hubungan kemasyarakatan. saya berkuliah dengan dibiayai dengan pemerintah (beasiswa unggulan kemendikbud). saya adalah adalah ketua umum himpunan bahasa dan sastra indonesia periode 2021-2022. sekarang menjabat sebagai ketua bidang komunikasi didalam struktural badan pengurus harian tapak suci. saya juga menjuarai kejuaraan internasional pencak silat (paku bumi open 6).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perpustakaan dan Kita

12 Januari 2023   15:11 Diperbarui: 12 Januari 2023   15:28 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di dalam perkembangan industri digital yang sangat pesat saat ini semakin hari mulai menggeser kebiasaan masyarakat yang berangsur-angsur mulai selalu mengandalkan gadget untuk mendampingi segala aktivitas nya, termaksud menggeser pula minat untuk membaca buku yang berbentuk fisik karna sebagian besar sudah bisa di akses di handphone atau komputer yang berupa e-book. 

Namun apakah ini merupakan dampak positif? Tentunya tidak semua orang bisa fokus untuk melakukan aktifitas baca di depan smartphone, terkadang kita pun sering terganggu dengan adanya notifikasi dari media sosial ataupun email yang membuat fokus kita terganggu. Maka oleh sebab itu sampai hari ini masyarakat seharusnya mesih tergantung pada buku-buku yang berbentuk fisik.

Lalu mengapa saat ini minat baca masyarakat masih sangat rendah? Padahal minat baca akan berdampak pada literasi seorang individu. Karna dengan membaca akan memperkaya pengetahuan kita tentang hal apapun sehingga literasi kita menjadi bagus. Hal ini sangat penting melihat perkembangan anak-anak khususnya yang masih pelajar dalam tutur bahasa sudah mulai merosot dari bahasa indonesia yang baik.

Berbicara tentang literasi pada umumnya, setiap negara di dunia harus memiliki dan menguasai literasi dasar. Literasi dasar tersebut terdiri dari literasi numerasi, literasi baca-tulis, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya, dan literasi kewarganegaraan.

Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Dadang Sunendar saat menghadiri Forum Ekonomi Dunia Tahun 2015, di Davos Swiss yang menyatakan bahwa terdapat lima literasi dasar yang harus dikuasai bagi setiap negara dan khusus Indonesia literasi baca-tulis berada pada posisi pertama yang menunjukkan bahwa warga negara Indonesia haruslah menguasai literasi tersebut sebelum beranjak ke bidang literasi lainnya. 

Namun, dewasa ini, tingkat literasi baca-tulis masyarakat bangsa Indonesia berada pada kondisi yang memprihatinkan dari tingkat literasi baca-tulis beberapa negara di seluruh dunia.

Salah satu penelitian mendeskripsikan bahwa anak-anak Indonesia hanya membaca buku sebanyak 17 halaman satu tahun atau dalam artian mereka hanya membaca 1 halam setiap 2 minggu saja. Kemudian, survei UNESCO yang dilakukan pada tahun 2016 juga mengafirmasi bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada pada kisaran 0,001 persen dari negara-negara ASEAN (Nopilda & Kristiawan, 2018) yang artinya dari 1,000 orang di Indonesia, hanya 1 orang saja yang dapat dimasukkan ke dalam kategori rajin membaca. Sehingga Indonesia berada pada kategori urutan kedua paling bawah dalam hal literasi dunia.

Sungguh, kondisi yang sangat memprihatinkan bagi kita sebagai warga negara Indonesia. Bagaimana tidak, jika dahulu bapak BJ. Habibie (Presiden RI III) mampu membuat pesawat terbang bukan karena bermodal kejeniusan saja, akan tetapi karena ketekunannya dalam membaca. Seharusnya, beliau mampu menjadi tokoh inspiratif bagi para pemuda yang digadang-adang sebagai penggerak lokomotif bangsa. 

Namun, jika kita menilik lebih dalam, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca masyarakat, salah satunya adalah belum memiliki lembaga perpustakaan terutama di wilayah pedesaan sebagai tempat membaca untuk mendapatkan berbagai informasi baik secara nasional maupun secara global.

Maka dari itu dalam hal ini adalah tanggung jawab pemerintah yang harus merespon keadaan ini supaya nantinya di buatlah perpustakaan-perpustakaan yang menunjang mesyarakat dalam berliterasi dan memperkaya pengetahuannya. Tentunya perlu sosialisasi yang menyeluruh juga untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perpustakaan.

Beberapa perpustaka yang kami kunjungi untuk melakukan obseervasi dan wawancara ke perpustakaan daerah, pada saat kami menanyakan berapa jumlah pengunjung yang mendatangi perpustakaan dalam setiap harinya, pustakawan menginformassikan bahwa kurang lebih 100 orang perhari yang mengunjungi perpustakaan, padahal ini sekelas perpustakaan daerah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun