Persiapan dana pensiun kesehatan sering kali dianggap sebagai isu masa depan yang belum perlu dipikirkan oleh anak muda. Namun, meningkatnya biaya kesehatan dan ketidakpastian ekonomi menjadi alasan kuat untuk mulai mencicil dana pensiun sejak usia 20-30 an. Artikel ini membahas pentingnya dana pensiun kesehatan sejak dini, tantangan yang dihadapi generasi muda dalam memulainya, hasil survei dan penelitian terkait kesiapan anak muda menghadapi masa tua, serta langkah-langkah realistis yang bisa dilakukan oleh pekerja tetap maupun freelance. Dengan pendekatan praktis, artikel ini mengajak pembaca muda untuk membangun kesadaran dan kebiasaan finansial yang berkelanjutan demi masa depan yang sehat secara finansial dan fisik.
Banyak orang berusia 20-30 an menganggap pensiun sebagai sesuatu yang terlalu jauh untuk dipikirkan. Fokus mereka lebih banyak tertuju pada menstabilkan penghasilan, membangun karier, atau mengejar impian jangka pendek. Namun, di balik dinamika usia muda, ada satu hal penting yang sering luput dari perhatian: kesehatan di hari tua dan kemampuan finansial untuk menjaganya.
Layaknya pepatah "sedia payung sebelum hujan", memulai menabung dana pensiun kesehatan sejak muda justru menjadi keputusan strategis. Selain lebih ringan karena waktu yang panjang, memulainya lebih awal memberikan ruang pertumbuhan investasi dan kesiapan menghadapi risiko tak terduga, seperti penyakit kronis atau kondisi darurat di masa tua.
Dana Pensiun Kesehatan di Usia Muda
Dana pensiun tidak hanya soal menyiapkan biaya hidup di usia senja, tapi juga mencakup kesiapan membiayai kebutuhan kesehatan yang cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Banyak penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, atau osteoartritis yang muncul setelah usia 50 tahun, dan perawatannya membutuhkan biaya besar dan berkelanjutan.
Menyiapkan dana pensiun kesehatan sejak usia muda memberikan keuntungan berupa compounding effect atau bunga berbunga. Misalnya, seseorang yang mulai menabung Rp500.000 per bulan sejak usia 25 tahun akan mengumpulkan dana lebih banyak dibandingkan mereka yang mulai di usia 40, meski nominal tabungannya sama. Dengan kata lain, waktu adalah sekutu terbaik dalam merancang pensiun.
Memang, tidak semua anak muda memiliki penghasilan tetap. Pekerja freelance dan kontrak sering kali menghadapi ketidakpastian pemasukan. Namun, pendekatan realistis seperti menabung 5-10% dari penghasilan atau berinvestasi dalam produk reksadana kesehatan bisa menjadi solusi yang dapat diakses oleh semua kalangan.
Adanya produk-produk asuransi kesehatan jangka panjang dengan premi rendah bagi usia muda bisa menjadi bagian dari strategi dana pensiun kesehatan. Perlindungan ini dapat mengurangi beban biaya tak terduga akibat penyakit serius, sehingga tabungan tetap aman.
Pentingnya Dana Pensiun Kesehatan di Usia Tua
Sebuah survei yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2023 menunjukkan bahwa hanya 11,5% anak muda Indonesia memiliki perencanaan dana pensiun, dan kurang dari 5% yang mengalokasikan khusus untuk dana kesehatan. Padahal, data dari BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa pengeluaran kesehatan terus meningkat tiap tahun, terutama untuk penyakit kronis.