Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.www.klinikdrwidodo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Resiko Yang Sering Terjadi pada Bayi Prematur Di Kemudian Hari

17 Mei 2025   21:39 Diperbarui: 17 Mei 2025   21:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi dan editing pribadi

Bayi prematur merupakan bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Prematuritas menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatal. Seiring kemajuan teknologi medis, angka kelangsungan hidup bayi prematur meningkat, namun risiko komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang masih tinggi. Artikel ini membahas berbagai risiko yang dapat terjadi pada bayi prematur, termasuk gangguan saluran cerna, pertumbuhan, perkembangan, infeksi berulang, hingga gangguan perilaku. Pendekatan berbasis penelitian ilmiah dan strategi yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mendukung tumbuh kembang optimal juga dibahas secara terintegrasi.

Prematuritas terjadi pada sekitar 10% kelahiran di seluruh dunia dan berkontribusi besar terhadap angka kesakitan dan kematian bayi. Meskipun kemajuan perinatal telah meningkatkan peluang hidup bayi prematur, berbagai tantangan masih dihadapi dalam pemantauan tumbuh kembang jangka panjang.

Bayi prematur sering mengalami hambatan pertumbuhan, keterlambatan perkembangan, dan peningkatan risiko infeksi. Oleh karena itu, pemantauan dan follow-up medis secara berkala sangat penting. Deteksi dini dan intervensi yang tepat dapat membantu meminimalkan komplikasi jangka panjang dan meningkatkan kualitas hidup bayi prematur.

Apakah  Bayi Prematur ?

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Dalam kondisi normal, kehamilan berlangsung sekitar 40 minggu sejak hari pertama haid terakhir ibu. Bayi yang lahir sebelum waktunya belum memiliki organ tubuh yang berkembang secara sempurna, terutama paru-paru, otak, dan sistem pencernaan. Semakin dini seorang bayi dilahirkan, semakin tinggi pula risiko komplikasi medis yang dapat terjadi, seperti gangguan pernapasan, kesulitan makan, infeksi, dan gangguan pertumbuhan.

Klasifikasi bayi prematur berdasarkan usia kehamilan meliputi: prematur late (34–36 minggu), prematur sedang (32–33 minggu), prematur sangat dini (28–31 minggu), dan prematur ekstrem (kurang dari 28 minggu). Risiko kesehatan dan kebutuhan perawatan intensif biasanya meningkat secara signifikan seiring semakin dini kelahiran. Oleh karena itu, bayi prematur seringkali dirawat di unit perawatan intensif neonatal (NICU) untuk pemantauan dan dukungan medis intensif.

Penyebab kelahiran prematur sangat beragam, antara lain infeksi, kehamilan ganda (kembar), gangguan plasenta, penyakit kronis pada ibu (seperti hipertensi atau diabetes), serta faktor gaya hidup seperti merokok atau stres berat. Penanganan dan pemantauan kehamilan yang optimal dapat membantu mencegah kelahiran prematur dan meningkatkan peluang bayi untuk tumbuh dan berkembang secara normal. Peran keluarga dan tenaga medis sangat penting dalam memberikan stimulasi dan nutrisi yang tepat selama masa tumbuh kembang bayi prematur.

Risiko Jangka Pendek dan Jangka Panjang Bayi Prematur

Bayi prematur, yaitu bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, menghadapi berbagai risiko jangka pendek akibat organ tubuh yang belum matang sepenuhnya. Dalam minggu-minggu pertama kehidupan, risiko utama termasuk gangguan pernapasan seperti Respiratory Distress Syndrome (RDS), infeksi sistemik (sepsis), hipotermia, hipoglikemia, serta gangguan pada saluran cerna seperti necrotizing enterocolitis (NEC). Selain itu, mereka sering memerlukan perawatan intensif seperti bantuan pernapasan, nutrisi parenteral, dan rawat inap lama di NICU (Neonatal Intensive Care Unit), yang dapat menimbulkan komplikasi tambahan.

Dalam jangka panjang, bayi prematur berisiko mengalami gangguan perkembangan neurologis seperti cerebral palsy, keterlambatan bicara dan bahasa, serta gangguan perilaku seperti ADHD dan kesulitan belajar. Risiko gangguan penglihatan (retinopathy of prematurity) dan pendengaran juga meningkat. Selain itu, prematuritas dikaitkan dengan masalah pertumbuhan jangka panjang, termasuk gangguan pertambahan berat badan dan tinggi badan yang tidak optimal, terutama bila asupan nutrisi awal tidak memadai atau mengalami gangguan makan kronis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun