Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.www.klinikdrwidodo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pensiunan Jenderal Akhirat vs Pensiunan Jenderal Dunia

5 Mei 2025   19:03 Diperbarui: 5 Mei 2025   19:03 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi editing pribadi

Dalam dinamika politik dan sosial Indonesia, kehadiran para pensiunan jenderal masih menjadi elemen penting yang memengaruhi opini publik, arah kebijakan politik, dan moralitas bangsa. Terdapat dikotomi antara dua tipe pensiunan jenderal. Jenderal Akhirat adalah pensiunan jendral yang telah selesai dengan urusan dunianya, tampil sebagai penyeru nilai, moralitas, dan kebijaksanaan akhirat. Jenderal Dunia adalah mereka yang belum selesai dengan urusan dunianya, masih terjebak dalam pusaran ambisi, kekuasaan, harta serta hasrat duniawi. Dalam perbandingan ini, tergambar bagaimana masa pensiun bukanlah akhir dari kiprah seorang jenderal, melainkan ujian hakiki tentang apa yang tersisa dari semangat pengabdian: nilai atau nafsu, kejernihan atau kekuasaan. Artikel ini berusaha menelaah keduanya sebagai cermin arah moral bangsa ke depan.

Di tengah suasana politik Indonesia yang terus beriak, para pensiunan jenderal kembali menempati ruang publik dengan peran yang beragam. Sebagian tampil sebagai penjaga moral bangsa, menasehati dari tempat yang teduh dan penuh refleksi, seolah telah berdamai dengan dunia dan kini menatap kehidupan dari jendela akhirat. Sementara sebagian lainnya tampak masih gelisah, masuk ke arena politik praktis dan manuver kekuasaan, menandakan bahwa urusan duniawi mereka belum benar-benar selesai. Kontras ini menimbulkan pertanyaan mendalam: apakah masa pensiun seorang jenderal akan menjadi masa ketenangan batin, atau justru babak lanjutan dari ambisi yang belum padam?

Fenomena keterlibatan para purnawirawan jenderal dalam dinamika politik Indonesia selalu menunjukkan adanya tarik-menarik kepentingan antara suara nurani dan nafsu duniawi. Dua tipe jenderal yang muncul dalam lanskap sosial-politik Indonesia: mereka yang telah selesai dengan urusan dunia dan menjadikan akhirat sebagai pedoman dalam bersikap, serta mereka yang meski telah pensiun, masih larut dalam ambisi kekuasaan dan kepentingan duniawi. Dengan pendekatan sosial, politik, dan Islam, tulisan ini mengajak pembaca untuk merenungkan inspirasi yang bisa diambil dari fenomena ini demi membangun bangsa yang adil, damai, dan bermartabat di bawah cahaya nilai-nilai keimanan.

Indonesia tengah menghadapi riak politik yang kembali menghangat, bukan hanya karena kontestasi kekuasaan, tetapi karena keterlibatan figur-figur senior, para purnawirawan jenderal, dalam percaturan opini publik dan tuntutan terhadap para pemimpin. Di tengah kemelut ini, muncul dua kelompok penampilan dari para mantan jenderal: sebagian tampil sebagai penyeru moral, sebagian lain justru terlihat masih bergulat dengan kepentingan duniawi. Keberadaan mereka bukan sekadar simbol masa lalu, tetapi juga penentu arah masa depan, tergantung dari sudut mana mereka memandang kehidupan setelah pensiun: apakah dari jendela akhirat atau dari balik tirai ambisi dunia.

Menariknya, terdapat dua wajah yang tampak dari kemunculan para mantan jenderal ini. Di satu sisi, ada yang tampil sebagai penyeru moral, penyejuk nalar kebangsaan, dan penjaga nurani publik. Mereka berbicara dari ketinggian pengalaman dan kejernihan hati, seolah telah selesai dengan urusan duniawi. Kata-kata mereka bukan untuk meraih jabatan atau kekuasaan, melainkan untuk mengingatkan bahwa negeri ini pernah dan harus tetap dijaga dengan kehormatan.

Namun di sisi lain, ada pula sosok-sosok yang masih terlihat gelisah, belum selesai dengan urusan duniawinya. Alih-alih menjadi penuntun yang menyejukkan, mereka malah terjebak dalam pusaran kepentingan praktis. Semangat mereka belum sepenuhnya menjadi semangat pengabdi, tetapi lebih mencerminkan ambisi yang belum usai. Mereka seperti sedang memandang kehidupan pensiun bukan dari jendela akhirat, melainkan dari balik tirai ambisi dunia yang belum sepenuhnya mereka relakan.

Pensiunan Jenderal yang Sudah Selesai dengan Urusan Dunia

Para jenderal yang telah benar-benar pensiun, dalam makna ruhani dan sosial, adalah mereka yang memilih menepi dari gemerlap dunia dan lebih mendekat pada nilai-nilai keabadian. Mereka tidak diam terhadap kondisi bangsa, tetapi bersuara dengan pertimbangan jernih, tanpa beban kekuasaan atau syahwat politik. Sikap dan pandangan mereka berakar pada nilai ketauhidan, menjadikan akhirat sebagai pertimbangan utama dalam setiap urun rembug terhadap persoalan kebangsaan.

Mereka berbicara bukan karena ambisi, tetapi karena keprihatinan; bukan untuk kembali ke pusaran kekuasaan, tetapi untuk menyuarakan kebenaran sebagai amanah iman. Ketika berbicara tentang keadilan dan pelanggaran hukum, suara mereka tenang namun tajam, lantaran didorong oleh hati yang bersih dari kepentingan pribadi. Mereka adalah saksi sejarah yang menjadikan pengalaman sebagai bekal hikmah, bukan alat legitimasi politik.

Sosok-sosok ini mengingatkan bangsa bahwa pengabdian tak harus dengan jabatan, dan suara nurani tak selalu lahir dari kekuasaan. Mereka lebih memilih menjadi penasihat moral di pinggiran sejarah daripada menjadi pelaku utama dalam drama kekuasaan yang penuh intrik. Dalam kacamata Islam, mereka berada dalam maqam zuhud, yakni menjauhi dunia meski masih mampu meraihnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun