Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.www.klinikdrwidodo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

4 Gejala Perut, Indikasi Penyebab Sulit Makan Pada Anak

2 Mei 2025   14:51 Diperbarui: 2 Mei 2025   15:33 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DOKUMENTASI DAN EDITING PRIBADI

Gangguan pencernaan pada anak sering kali menyebabkan kesulitan makan dan pilih pilih makan, yang berdampak pada asupan gizi dan tumbuh kembang mereka. Empat gejala umum penyebab utama yang dapat mengganggu pola makan anak meliputi mual-muntah (GERD), sembelit, nyeri perut (kembung), dan diare. Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk alergi gastrointestinal yang mempengaruhi fungsi saluran cerna. Penanganan yang tepat untuk mengatasi gejala ini sangat penting agar anak dapat kembali mendapatkan asupan makanan yang optimal dan terhindar dari malnutrisi serta gangguan tumbuh kembang lainnya. Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam mengidentifikasi penyebab gangguan ini adalah oral food challenge, yang dapat membantu menentukan alergen spesifik yang mempengaruhi anak.

Banyak penyebab kesulitan makan dan pilih pilih makan pada anak yang sering kali disalahartikan, seperti kesalahan dalam aturan makan (feeding rules) , kebiasaan orangtua yang tidak tepat, parenting VOC, atau masalah psikologis seperti kebosanan terhadap makanan, atau pengasuhan yang kurang sesuai. Namun, sebagian besar masalah tersebut sebenarnya berkaitan dengan gangguan pencernaan, seperti alergi gastrointestinal atau masalah saluran cerna lainnya, yang menyebabkan ketidaknyamanan saat makan. Kesulitan makan yang timbul karena gangguan pencernaan sering kali tidak terdeteksi dengan baik dan lebih sering dianggap sebagai masalah perilaku atau psikologis, padahal penyebab utamanya adalah kondisi fisik yang memengaruhi nafsu makan anak.

Alergi gastrointestinal atau hipersensitifitas saluran cerna adalah kondisi kesehatan yang umum terjadi pada anak-anak, di mana sistem pencernaan mereka bereaksi atau snsitif terhadap makanan tertentu sebagai pemicu reaksi alergi. Reaksi ini dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, mulai dari gangguan pencernaan ringan hingga masalah yang lebih serius, seperti mual, muntah, sembelit, atau diare. Alergi ini sering dikaitkan dengan gangguan pada saluran cerna, seperti GERD (Gastroesofageal Refluks),  sindrom iritasi usus atau enteropati, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan. Meskipun gangguan ini sering kali disalahartikan sebagai masalah makan yang rewel atau picky eating, penting untuk membedakan antara keduanya agar dapat memberikan penanganan yang sesuai dan mencegah terjadinya gangguan gizi atau penurunan kualitas hidup anak.

Masalah makan pada anak dengan gangguan gastrointestinal sering kali disebabkan oleh gangguan nafsu makan, kesulitan menelan, dan berbagai faktor terkait seperti alergi makanan. Gangguan pencernaan pada anak dapat mengganggu pola makan mereka, memperburuk kondisi gizi, dan mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi masalah makan pada anak-anak dengan gangguan gastrointestinal, serta mengidentifikasi faktor-faktor demografis, antropometrik, dan lingkungan yang berkontribusi terhadap perilaku makan yang tidak adaptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih muda, dengan indeks massa tubuh rendah, berat badan lahir rendah, dan yang merupakan anak tunggal, lebih rentan mengalami masalah makan.

Gangguan makan pada anak dapat melibatkan berbagai masalah, seperti penurunan nafsu makan, kesulitan menelan, dan penolakan terhadap makanan tertentu, yang semuanya dapat berdampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada anak-anak dengan gangguan gastrointestinal (gangguan pencernaan) , masalah makan lebih sering ditemukan, terutama yang disebabkan oleh gangguan seperti gastroesophageal reflux, eosinophilic esophagitis, atau gangguan gastrointestinal terkait alergi makanan non-IgE. Gangguan ini tidak hanya mempengaruhi pola makan anak, tetapi juga dapat mengakibatkan gangguan gizi, tumbuh kembang yang terhambat, serta kualitas hidup yang menurun baik bagi anak maupun keluarga.

Dalam konteks ini, penelitian oleh Sdravou et al. (2021) menunjukkan bahwa masalah makan sering kali disebabkan oleh gangguan pencernaan yang berhubungan dengan faktor-faktor lingkungan makan dan praktik pemberian makan orang tua. Penggunaan Behavioral Pediatrics Feeding Assessment Scale (BPFAS) menunjukkan bahwa masalah makan lebih sering ditemukan pada anak dengan gangguan gastrointestinal dibandingkan dengan anak-anak sehat. Oleh karena itu, penting untuk memahami tanda dan gejala gangguan makan pada anak dengan gangguan pencernaan dan bagaimana faktor-faktor tersebut berkontribusi terhadap kesulitan makan.

Tanda Gejala

Tanda dan gejala yang paling umum terkait dengan kesulitan makan pada anak-anak dengan gangguan pencernaan mencakup gangguan hilangnya nafsu makan, anak merasa kenyang seharian, tidak merasa lapar, kesulitan menelan, makan hanya sedikit, makan dikemot dan penolakan terhadap makanan. Gangguan nafsu makan sering kali berhubungan dengan rasa tidak nyaman atau rasa sakit yang disebabkan oleh gangguan gastrointestinal seperti refluks atau esofagitis. Anak-anak mungkin juga menunjukkan tanda-tanda penurunan minat terhadap makanan, terutama yang memicu gejala gastrointestinal. Kesulitan menelan, yang sering terlihat pada anak-anak dengan gangguan seperti esofagitis, dapat membuat mereka menolak makanan tertentu atau bahkan makan dalam jumlah yang sangat terbatas.

Anak dengan gangguan pilih makan sering kali menunjukkan preferensi yang terbatas terhadap jenis makanan tertentu, seperti hanya mau makan makanan yang memiliki tekstur renyah, seperti kerupuk atau biskuit, atau makanan yang lembut seperti ikan, roti, dan telur, sementara menolak makanan yang lebih keras atau berserat seperti daging empal, sayur, atau makanan yang membutuhkan proses pengunyahan lebih lama. Gejala lain yang terlihat adalah kesulitan dalam mengunyah atau menelan makanan dengan tekstur tertentu, yang mengindikasikan adanya gangguan oral motor. Anak mungkin terlihat kelelahan atau cemas saat makan, sering menghindari makanan yang perlu dikunyah lebih lama, atau menunjukkan tanda-tanda kesulitan saat mencoba mengunyah makanan yang keras atau berserat. Gangguan ini dapat memengaruhi asupan nutrisi anak, yang berisiko menyebabkan kekurangan gizi atau masalah pertumbuhan jika tidak ditangani dengan tepat.

Sedangkan anda dan gejala gangguan pencernaan atau alergi saluran cerna pada anak dapat bervariasi tergantung pada jenis ganggutan yang dialami. Pada anak dengan gangguan pencernaan akibat alergi makanan, gejala yang umum ditemukan meliputi sakit perut, kembung, mudah diare, sembelit, nyeri perut, mual, dan muntah . Reaksi tersebut biasanya terjadi setelah mengonsumsi makanan yang mengandung alergen tertentu, seperti susu, telur, atau kacang-kacangan. Selain itu, beberapa anak mungkin mengalami muntah atau penurunan nafsu makan yang signifikan, yang bisa berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan mereka. Pada kasus yang lebih parah, gejala seperti darah dalam tinja, gangguan pencernaan kronis, atau refluks asam dapat terjadi, yang menandakan adanya kerusakan lebih lanjut pada saluran cerna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun