Mohon tunggu...
Sandi Aprilian
Sandi Aprilian Mohon Tunggu... Wiraswasta - wirausaha

Astrophile

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Series Barat Jaman Now Gak Nyaman Ditonton, Mending Drakoran (Review The Last of Us Episode 3)

30 Januari 2023   21:20 Diperbarui: 30 Januari 2023   22:58 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar (hbomax.com)

Senin 30 Januari. Episode ke-3 The Last Of Us telah rilis.

Masih meneruskan cerita sebelumnya, Joel dan Ellie melanjutkan perjalanan menuju Salt Lake City. Di tengah perjalanan Joel singgah ke tempat kedua temannya tapi mereka tidak ada di sana.

sumber gambar (HBOMax.com)
sumber gambar (HBOMax.com)

Bagi yang belum tahu The Last Of Us (TLOU) adalah series yang ditunggu-tunggu karena series tersebut diadaptasi dari game Playstation 3 (2013) yang penjualannya sangat laris kerena memang game tersebut ceritanya seru.  TLOU berkisah tentang wabah virus Cordyceps yang menyerang dunia. Efeknya membuat orang akan bertingkah agresif dan hilang akal seperti zombie. Mereka yang terkena gigitan akan terinfeksi.

Untuk mencegah hal tersebut agar tidak semakin menular, tiap pemerintah negara terpaksa harus membom atau tindak genosida wilayah yang populasinya telah terdampak virus. Ellie adalah seorang gadis yang memiliki kekebalan terhadap virus tersebut dan Joel ditugaskan mengantar Ellie untuk diteliti sebagai kunci vaksin Cordyceps.

Di dua episode sebelumnya saya sangat terkesan karena jalannya cerita digambarkan persis seperti yang ada di game. Tapi di episode ketiga ini saya merasa risih meski jalannya cerita tetap seru. Joel yang telah kehilangan pasangannya Tess karena terjangkit virus, menuju ke kediaman kedua temannya bersama Ellie.

Kedua teman Joel adalah pasangan sesama jenis, mereka dua orang yang selamat dari tindak genosida dan memutuskan untuk melanjutkan kehidupan mereka sebagai sepasang kekasih. Lalu, dalam adegan Flashback mereka berdua bertemu dengan Joel dan Tess.

Amerika yang pro terhadap hubungan sesama jenis, getol mempromosikan kelompok tersebut melalui platform televisi. Tak sedikit series yang memiliki jumlah penonton tinggi menambahkan unsur 'jeruk makan jeruk' di dalamnya. TLOU yang dari awal berpotensi memiliki rating tinggi, menjadi 'lapak strategis' berikutnya  untuk menaikan 'pamor' mereka. 

Tapi, dari segi cerita,  The Last of Us masih menarik untuk disimak kelanjutannya.  

Series maupun film tidak akan lepas dari unsur budaya negaranya. Bukan hal yang aneh bagi dunia pertelevisian barat untuk menunjukan adegan-adegan vulgar sepasang pria dan wanita. Dengan berprinsip kebebasan mengekspresikan diri, di jaman now mereka menambahkan adegan vulgar yang  bervariasi.

Karena ditayangkan secara global tak jarang terjadi cultural shock di sebagian negara, terutama di negara-negara Asia yang menjunjung tinggi adat moral. Pasti akan ada pro dan kontra. Saya sendiri sebagai penikmat drama series barat merasa tidak nyaman ketika adegan keromantisan LGBT diperlihatkan dan lebih melewati scene tersebut.

Saat ini saya lebih banyak menyaksikan drama korea ketimbang barat. Selain bisa menjadi bahan obrolan dengan gebetan, drakor masih aman serta alur ceritanya yang menarik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun