Mohon tunggu...
Muhammad Hasan
Muhammad Hasan Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa

Menjadi orang yang berguna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penodaan dan Pelecehan Agama

24 Mei 2019   16:15 Diperbarui: 24 Mei 2019   16:18 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penulis mengamati bahwa Al-Qur'an tidak menggunakan kata yahud kecuali dalam konteks kecaman, agaknya itulah sebabnya maka disini tidak digunakan kata tersebut tetapi digunakan kata () hadu. Memang tidak tepat dalam konteks ayat ini mereka dikecam, karena yang ditekankan disini ialah adanya perselisihan yang kelak akan ditentukannya yang salah dan siapa yang benar melalui peradilan Ilahi. Dalam keadaan demikian,yang bersalah  pun belum dapat ditetapkan bersalah, karena status tersangka belum dapat dinyatakan bersalah atau dikecam sebelum jatuhnya putusan.

Thahir Ibn Asyur berpendapat lain. Menurutnya, kerajaan Bani Israil terbagi dua setelah kematian Nabi Sulaiman as.Yang pertama adalah kerajaan putra Nabi Sulaiman bernama Rahbi'am dengan ibu kotanya Yerusalem. Kerajaan ini tidak di ikuti kecuali cucu Yahudza dan cucu Benyamin. Sedang kerjaan kedua dipimpin oleh Yurbi'am putra Banath, salah seorang anak buah Nabi Sulaiman as, yang gagah berani dan disertai oleh beliau kekuasaan yang berpusat di Samirah. Ia digelar dengan sebutan raja Isra'il.

 Tetapi masyarakatnya sangat bejat dan mengaburkan ajaran agama. Mereka menyembah berhala dan akhirnya kekuasaan mereka porak-poranda, bahkan mereka diperbudak lalu kerajaan itu punah setelah 250 tahun. Sejak itu tidak ada lagi kekuasaan dan kerajaan Bani Isra'il kecuali kerajaan pertama di atas, dan ini bertahan sampai dihancurkan pada tahun120 SM. Oleh Adrian, salah seorang penguasa Imperium Romawi, dan yang mengusir mereka sehingga terpencar ke mana-mana. Agaknya-tulis Ibn Asyur mereka itulah yang dimaksud dengan hadu, dan karena itu ayat ini menggunakannya walaupun pada akhirnya kata ini mencakup semua yang beragama Yahudi.

Kata () an-nashara terambil dari kata () nashirah yaitu satu wilayah di Palestina , dimana Maryam ibu Nabi Isa as. Dibesarkan dan dari sana dalam keadaan mengandung Isa as, beliau menuju ke Bitul Maqdis, tetapi sebelum beliau melahirkan Isa as. di Betlehem. Dari sini sehingga Nabi Isa as digelar Bani Israil dengan Yasu, begitu pula pengikut-pengikut beliau dinamai Nashara yang merupakan bentuk jamak dari kata Nashiry dan Nashiriy, menunjuk kota tempat Maryam as. Dibesarkan.

Kata () al-majus dikenal sebagai orang-orang yang percaya dan mengikuti ajaran Zaradasyt, namun sejarah hidup dan masa tokoh ini tidak jelas. Ada yang menduga sekitar enam abad sebelum Masehi. Kitab sucinya pun telah tiada setalah Alexender The Great menguasai Iran, walau kemudian ditulis kembali ditulis kembali pada masa raja-raja Sasan dan dinamai Zandavesta. Penganut kepercayaan ini bersekte-sekte, namun pada prinsipnya mereka mengakui adanya  dua penguasa dan pengatur alam raya, pengatur kebaikan dan kejahatan. Yakni tuhan cahaya yang bernama Yazdan atau Ahuramazda, dan tuhan gelap yaitu Ahrumun. Mereka meyakini adanya malaikat-malaikat serta berusaha mendekatkan diri kepadanya, tetapi mereka tidak menyembah berhala, mereka menyembah api. Penganut agama ini, pada masa lalu banyak bermukim di Iran, India dan Cina.

Kata ()  ash-shabi'in ada yang berpendapat terambil dari kata ( ) shaba' yang berarti muncul dan nampak. Misalnya ketika melukiskan bintang yang muncul. Dari sini ada yang memahami istilah al-Qur'an ini dalam arti penyembah binatang. Ada juga yang memahaminya terambil dari kata Saba' yaitu suatu daerah di Yaman, di mana pernah berkuasa Ratu Balqis dan penduduknya menyembah matahari dan bintang. Ada lagi yang berpandapat bahwa kata ini adalah kata lama dari bahasa Arab yang digunakan oleh penduduk Mesopotamia di Irak.

Kata () syahid berkisar maknanya pada kehadiran, pengetahuan, informasi dan kesaksian. Allah syahid dalam arti Dia hadir, tidak gaib dari segala sesuatu, serta menyaksikan segala sesuatu (QS. Saba' [34]: 47) atau disaksikan oleh segala sesuatu -- melalui bukti-bukti kehadiran-Nya di alam raya (QS. Ibrahim [14]: 10) atau melalui potensi yang dianugerahkan-Nya kepada setiap manusia dan makhluk Allah berfirman:

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi" (QS. Al-A'raf [7]:  172)

"Kepunyaan-Nya-lah siapa saja yang ada dilangit dan ada dibumi. Semuanya hanya tunduk kepada-Nya" (QS. Ar-Rum [30]: 26).

Imam Ghazali ketika menjelaskan makna sifat ini membandingkannya dengan sifat-sifat Allah yang lain. Makna sifat ini -- menurutnya -- sejalan dengan sifat 'Alim (Maha Mengetahui), dengan kekhususan tersendiri. Allah Maha Mengetahui yang gaib dan nyata. Yang gaib adalah yang tersembunyi, sedang syahadah adalah antonim yang gaib, yakni yang nyata, maka dengan sifat al-Khabir Dia mengetahui yang gaib dan hal-hal yang bersifat batiniah. Sedang asy-Syahid adalah pengetahuan-Nya menyangkut hal-hal nyata.

Istilah penodaan agama diambil dari pasal 156a KUHP, dan Undang-Undang Nomor 1 PNPS tahun 1965. Penodaan agama diartikan sebagai perbuatan dengan mengeluarkan perasaaan permusuhan, penyalahgunaan dan penodaan agama. Penodaan agama bisa muncul melalui perbuatan lisan, tulisan ataupun perbuatan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun