Mohon tunggu...
Samuel HasudunganTampubolon
Samuel HasudunganTampubolon Mohon Tunggu... Buruh - Seseorang yang senang belajar dan mengajar

Boleh berganti buah, tapi jangan lupa akar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kali Ini Agak Serius: Tentang Perguruan Tinggi

27 Mei 2020   22:23 Diperbarui: 27 Mei 2020   22:50 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Yang pertama adalah jumlah  program studi tetap, namun jumlah mahasiswa turun. Atau yang kedua yaitu jumlah prodi berkurang, dan per prodi jumlah mahasiswa relatif tetap, hanya kelasnya saja dibagi dua supaya tidak menumpuk ramai. Which is literaly means mungkin akan ada prodi yang dihapus. Jeng jeng jeng jeeeng...

Dari trend yang ada, sepertinya prodi yang berhubungan langsung dengan dunia kesehatan akan tetap dan bahkan ditingkatkan dari segi jumlah mahasiswa, jumlah pengajar, dan pendanaan. Prodi yang terkait kuliner juga mungkin akan meningkat, bisa kita lihat dari banyaknya orang yang menemukan passion sebagai chef setelah membuat kopi dalgona from home.

Nah, kalau prodi yang mungkin bakalan tutup gimana nih? Fix, aku gak tahu.

Tapi menurut saya, selagi sebuah ilmu membutuhkan fasilitas dan infrastruktur yang relatif mahal dan berukuran besar, maka sah-sah saja jika prodi itu dipertahankan. 

Beberapa ilmu memang membutuhkan, misalnya mesin yang besar atau peralatan yang mahal jika dibeli secara perorangan atau dioperasikan di rumah. Katakanlah ada sebuah ilmu yang butuh percobaan di laboratorium dan satu tetes cairannya bernilai 1 juta Rupiah, itupun ujicoba ratusan liter, nah ini sih relatif mahal bagi sebagian orang. 

Atau mungkin belajar sebuah pabrik mini atau perakitan pesawat, jika rumah anda tidak punya ruang yang cukup atau halaman anda untuk parkir motor saja tidak bisa, mungkin akan ada kesulitan untuk parkir pesawat. Namun jika bisa digantikan perannya suatu studi ilmu tersebut dengan pembelajaran via online dan tidak harus di gedung kampus, maka with all respect, saya rasa prodi yang seperti itu yang akan...

Selain berdampak pada index daya saing suatu daerah atau negara, hal tersebut juga bisa bikin perusahaan (swasta) pusing. Setelah ekonomi sempat melambat, wajar bila perusahaan butuh tambahan baik dari segi jumlah pekerja maupun dari segi keterampilan. Perguruan tinggi adalah salah satu sumber yang diharapkan menghasilkan para pekerja dengan skill mumpuni nan mutakhir tersebut.

Oh iya bentar, mungkin anda setelah membaca tulisan ini, bisa chek and re-check terkait perusahaan Silicon Valley yang konon katanya tidak butuh ijazah kampus lagi. Benar atau tidak? Atau kah itu one in a million cases?

Ok, balik lagi ngomongin perusahaan (swasta). Kalau memang kapasistas kuantitas pada perguruan tinggi bekurang di suatu negara saya malah mikirnya perusahaan lokal akan rekrut tenaga kerja dari negara lain. Eiittss, tapi kalau di negara lain juga keadaannya sama, maka akan ada rebutan sumber daya manusia nih kayaknya. Artinya, bisa saja sumber daya manusia lokal kita yang direkrut ke negara lain.

Namun rebut-rebutan itu hanya berlaku untuk prodi yang memang jelas dibutuhkan oleh perusahaan besar, yang sedang melakukan pekerjaan besar dengan 'mesin' penelitan besarnya, dan proyek penelitian-pengembangan yang besar pula. Kebalikannya, gawat gawat gawat bagi prodi yang ternyata mahasiswa nya dapat dilampaui oleh orang yang gak kuliah tapi belajar lewat pembelaajaran online sambil di rumah aja.

Entah lah hal ini akan mempererat persahabatan dan perdamaian antar negara atau bakal menimbulkan perang antar perusahaan jutaan dollar untuk culik-menculik dan rayu-merayu tenaga ahli. Jika anda pelajar, sudah tahu posisi anda belum? Kalau belum, ya cari tahu dong...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun