Mohon tunggu...
Samuel Edward
Samuel Edward Mohon Tunggu... Seniman - Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Tugas yang kuemban adalah membawa dan membuat mulia nama Bos-ku di mana pun aku hidup, apa pun yang aku lakukan, kepada siapa pun yang aku temui, kapan pun waktu dan kesempatannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gelap

2 September 2018   15:54 Diperbarui: 2 September 2018   16:04 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber foto: http://natbg.com)

Di saat kepanikannya berada di puncak kepenuhan dalam akal lelaki itu, nafas dan suaranyapun kehabisan persediaan. Ia jatuh lemas, terkapar di atas pasir panas, dihujani silau matahari. Kemudian kesadarannya mengabut, entah akan pingsan atau tertidur. Yang pasti, sesaat berikutnya ia kembali tak sadarkan diri....

Seorang lelaki --yang jelas merupakan orang yang sama dengan anak laki-laki di sofa dan pemuda yang berubah menjadi monster, namun kini telah menjadi dewasa muda-- tiba-tiba berubah wujud menjadi seekor kuda liar dengan mata penuh nafsu dengan tubuh keunguan! Kuda ungu itu menggagahi setiap perempuan yang dijumpainya; tua dan muda diperkosanya tanpa pandang bulu, secara brutal seolah ia takkan pernah terpuaskan....

Lalu tiba-tiba kuda tadi berubah kembali menjadi seekor ular beludak hijau dengan gerakan yang gesit sekali! Ular itu memagut mata kaki setiap orang terdekatnya; para sahabat, kerabat, dan sanak saudaranya tak ada yang lolos dari cengkeraman taringnya....

Kemudian sekonyong-konyong ular tersebut berubah lagi menjadi seekor ayam jantan yang berbulu lebat dengan kombinasi warna hitam dan merah, serta berjengger merah yang besar sekali! Ayam jago mematuk dengan ganas dan tanpa belas kasihan siapapun yang sudah atau hampir mengungguli dirinya dalam segala hal; dalam hal kepandaian, kekayaan, dan kehebatan apapun ayam itu tidak mau kalah. Ia akan memandang iri setiap pesaingnya dengan kebencian yang berkobar-kobar, dan kemudian mematuki mereka sampai habis....

Namun ayam ini pun --seperti halnya pria dewasa, kuda, dan ular tadi-- secepat kilat menjelma lagi. Kali ini yang muncul adalah seekor babi yang sangat gemuk! Namun bagaimanapun luar biasa gemuk tubuhnya, dan betapapun lambat gerakannya akibat kegemukan itu, demi melihat para kaum papa, janda tua, dan anak yatim-piatu, babi itu tiba-tiba menjadi lincah mengejar, merampasi hak, dan memakan sisa harta mereka yang tinggal sedikit sekali itu dengan rakusnya....

Sesudah ketamakannya mengganyang habis semuanya, babi itu mendadak berubah menjadi seekor naga raksasa yang sangat mengerikan! Tubuhnya yang sebesar gunung penuh sisik merah kehitaman; masing-masing besarnya seukuran kepala orang dewasa, dan mengeluarkan tanduk runcing dan tajam yang panjangnya kira-kira setengah meter. Ekornya sedemikian panjang hingga mampu menyapu sampai rata deretan pegunungan dengan sekali kibas, juga mempunyai sisik dan tanduk serupa dengan tubuhnya. Tangan dan kakinya yang serupa cakar rajawali begitu besarnya sampai dapat meremukkan sebuah kota besar hanya dengan satu raupan atau injakan. Wajahnya bukan main buruk, menakutkan! Hidungnya mengeluarkan asap panas pekat yang hitam, mengandung racun mematikan. Kepalanya mencuatkan tiga belas tanduk yang ujungnya sampai ke langit.

Akan tetapi, betapapun luar biasa dahsyat dan mengerikannya rupa ragawi sang naga, semuanya itu akan kelihatan kecil dan ramah saja bila dibandingkan dengan sorot mata dan sepak terjangnya! "Keji", "jahat", "bengis", "kejam", dan kata-kata lain yang serumpun, masih terdengar lunak untuk menggambarkannya.

Naga itu mengamuk seraya mengeluarkan geram yang membuat tuli! Ia maju menerjang, menginjak-injak, menebas, meremat, menghancurkan semua yang ditemuinya maupun yang menghalanginya. Semua yang bernafas dibinasakannya. Semua benda dijadikannya debu. Terakhir, disemburkannya api dari mulutnya ke segala penjuru. Gunung, pulau, dan laut musnah dilalap api!... Langit dan bumi terbakar!... Segalanya diliputi api. Hingga naga itu sendiri pun terbakar habis....

Dan lelaki itu terjaga....

Alam kembali diliputi merah pekat yang berdenyut. Bau yang menyesakkan kembali tercium. Tokoh kita ini tersentak dari mimpi buruknya. Sejenak ia bingung, namun sebentar kemudian ia sudah kembali pada orientasinya. Meski demikian, ia tetap terpana akan semua yang baru saja dialaminya. Penglihatan-penglihatan dan mimpi yang diperlihatkan padanya seolah berbicara tentang sesuatu. Sambil terpekur ia merenungi semuanya. Mencoba menguraikan semua yang terlihat kusut dalam benaknya.

Beberapa lama kemudian, seakan mendapat pencerahan pada akalnya, tiba-tiba saja ia mulai mengerti! Makin lama makin jelas. Dan akhirnya ia mengerti sepenuhnya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun