Mohon tunggu...
Samuel Edward
Samuel Edward Mohon Tunggu... Seniman - Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Tugas yang kuemban adalah membawa dan membuat mulia nama Bos-ku di mana pun aku hidup, apa pun yang aku lakukan, kepada siapa pun yang aku temui, kapan pun waktu dan kesempatannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi, Introspeksi, dan Kontemplasi Mewarnai Kompasiana Saya Sepanjang 2017

20 Januari 2018   12:49 Diperbarui: 20 Januari 2018   13:18 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika Kompasiana menggelar ajang penulisan agar Kompasianer membuat kurasi tulisan-tulisan terbaik yang ada di Kompasiana sepanjang tahun 2017 yang pernah dibacanya, saya pun jadi termotivasi untuk membaca lagi tulisan-tulisan yang pernah saya buat di Kompasiana selama 2017. Meski terkesan narsistis, hal ini sebenarnya untuk menjadi pembelajaran bagi diri saya sendiri.

 Saya bermaksud berefleksi, berintrospeksi, dan berkontemplasi, apakah tulisan-tulisan tersebut sudah merupakan buah karya terbaik saya, apakah saya mau berusaha menghasilkan tulisan-tulisan yang kuantitas dan kualitasnya melebihi semua itu, serta apakah hidup saya konsisten dengan apa yang telah saya tuliskan sendiri.

Dan ketika melakukannya, saya tertegun mendapati fakta yang cukup tak terduga. Ternyata, artikel-artikel saya di Kompasiana itu sendiri pun sebagian besarnya bersifat reflektif, introspektif, dan kontemplatif! Walaupun di dalam sebuah tulisan, saya sebenarnya sedang membahas gaya hidup kekinian, atau perkembangan teknologi, atau dinamika bisnis, atau isu politik, atau apapun juga topiknya, tetap saja yang saya bangun di situ ialah suasana bercermin dari keadaan diri, mengoreksi apa yang diri ini sudah lakukan, serta merenungkan apa yang akan diperbuat diri ini ke depannya untuk dapat bertumbuh dan berkembang. Dan saya pun mengajak Kompasianer dan para pembaca lain untuk melakukan yang sama.

Berikut ini adalah lima tulisan saya yang amat mewakili suasana reflektif, introspektif, dan kontemplatif.

1. Urgensi "Hari Pasar Rakyat Nasional" Demi Menghidupi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika

Dalam tulisan ini, sebenarnya saya sedang mengulas wacana dihidupkannya Hari Pasar Rakyat Nasional, yang diidekan oleh Yayasan Danamon Peduli demi meningkatkan kepedulian kita kepada pasar rakyat, mengingat potensinya yang besar bagi pertumbuhan ekonomi secara khusus, serta peranannya yang signifikan bagi kehidupan masyarakat secara umum. Namun, dengan cara begitu, sesungguhnya saya pun mengajak kita semua untuk berintrospeksi, mengapa kita kerap tidak peduli pada pasar rakyat ketimbang terhadap pasar modern.

Tetapi, tak ayal, saya pun membawa kita semua untuk merefleksi kembali sejarah pasar dalam sejarah umat manusia. Pasar menjadi titik-awal berjalannya roda kehidupan. Semua komoditas kebutuhan manusia, mulai dari yang paling pokok sampai dengan yang paling mewah, ada di sana. Akibatnya, di pasarlah terjadi interaksi manusia yang paling intens. Hal ini menyebabkan pasar memegang peranan yang vital sekali bagi perkembangan peradaban semua bangsa di seluruh dunia. 

Bukan cuma perekonomian, namun hampir semua kegiatan penyebaran dan pendalaman ajaran agama, pendidikan anak, pertunjukan seni, serta pelbagai aktivitas manusia lainnya juga dimulai dan mendapatkan momentum perkembangannya di pasar.

Dan berbekal cerminan tersebut, selanjutnya saya juga menggiring kita semua untuk merenungkan, Hari Pasar Rakyat Nasional hanya bisa urgen apabila ditujukan untuk terus menyadarkan kita bahwa pasar rakyat sangat penting bagi bangsa Indonesia tidak saja karena kepentingannya bagi perekonomian domestik dan nasional, tetapi juga karena karakteristiknya sebagai tempat pertemuan banyak orang dari banyak perbedaan itu merupakan lahan yang ideal sekali untuk memperkuat lagi kehidupan ber-Pancasila dan ber-“Bhinneka Tunggal Ika” kita!

2. Dengan Satelit Telkom S3, Teknologi Digital Indonesia Harusnya Realisasikan "Konsep Trisakti"

Artikel yang satu ini saya tulis dalam rangka ikut merayakan peluncuran satelit baru oleh P.T. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) yang dinamakan “Telkom S3”. Cita-cita yang diusung bersamaan dengan peluncuran Satelit Telkom S3 tersebut sangat luhur, yaitu memanfaatkan akselerasi kemajuan teknologi telekomunikasi Indonesia, yang sekarang telah berbasis digital, demi meningkatkan perekonomian bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun