Mohon tunggu...
Samuella Christy
Samuella Christy Mohon Tunggu... Jurnalis - A 18-year-old sleepyhead and an avid noodle lover. I rant, therefore I am.

contact: samuellachristy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kontradiksi Kesetaraan dan Kebebasan

13 Mei 2020   15:38 Diperbarui: 13 Mei 2020   15:52 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengutip salah satu kalimat yang menurut saya sangat menarik (dan tentunya saya sangat setuju) dari buku Sapiens, "Alam konon mengganjar prestasi dengan kekayaan seraya menghukum kemalasan". (Sapiens, hlm. 160) 

Orang-orang boleh berpendapat kalau keadilan kelas antar si kaya dan si miskin seharusnya dihapuskan, namun sayangnya, masyarakat yang bersifat kompleks ini membutuhkan diskriminasi yang "tidak adil" untuk terus memacu insting primal mereka dalam berkompetisi satu sama lain.

Tentu saja, perbedaan-perbedaan dalam hal kemampuan alami juga berperan dalam pembentukan kasta sosisal. Namun, banyak orang beranggapan tidak semua orang memiliki "privillege" untuk mengasah dan melatih bakat yang mereka punya. Banyak orang juga berpikir kenyataan bahwa orang kaya itu kaya semata mereka terlahir dalam keluarga kaya menjadi stereotip mendarah daging.

Karena pada dasarnya, tidak ada manusia yang terlahir setara dalam hal apapun, baik dari fisik maupun non fisik. Pada awalnya, semua memang tergantung dari bagaimana cara orangtua mendidik anaknya, lingkungan apa yang ditempati, dan nilai-nilai apa yang berkembang di sekitarnya. Namun, pada akhirnya semua orang bebas memilih ke mana arah selanjutnya.

Dapat dikatakan Indonesia merupakan salah satu contoh produk tatanan politik modern yang memandang kesetaraan dan kebebasan individu sebagai nilai mendasar yang sama persis. 

Padahal, kedua nilai itu saling berkontradiksi. Kesetaraan hanya bisa diwujudkan dengan membatasi kebebasan orang-orang yang keadaannya lebih baik. 

Bila itu dilakukan, tentunya tidak adil untuk orang-orang yang berusaha jauh lebih keras, kemudian harus berkorban demi orang yang hanya mengandalkan pemerintah mengatasi masalah mereka.

Sebagaimana kebudayaan zaman pertengahan gagal menyelaraskan kesatrian dan kekristenan, dunia modern pun gagal menyelaraskan kesetaraan dan kemerdekaan. Namun, itu bukanlah sebuah cacat, kontradiksi semacam itulah yang membangun kreativitas dan dinamisme sapiens.

Lihat bagaimana logika progres dan inovasi ketika masyarakat diberikan kebebasan sebebas-bebasnya dalam bekerja dan bereksperimen. 

Banyak produk teknologi canggih yang lahir dari rahim kapitalisme karena kapitalisme memberi kesempatan dan keleluasan para pengusaha dan pekerja untuk melakukan kesalahan dan kegagalan.. (Libertarianisme: Perspektif Kebebasan atas Kekuasaan dan Kesejahteraan, hlm. 74)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun