Mohon tunggu...
Samuel Henry
Samuel Henry Mohon Tunggu... Startup Mentor -

JDV Startup Mentor, Business Coach & Public Speaker, IT Business Owner, Game Development Lecturer, Hardcore Gamer .........

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bela Negara Ala Mie Instan (bagian 2 dari 2)

24 Oktober 2015   17:17 Diperbarui: 24 Oktober 2015   17:30 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Di artikel pertama Bela Negara Ala Mie Instan, saya sudah memberikan ulasan mengenai kondisi dari masyarakat kita dan bagaimana saya sebagai musuh memilih cara merusak NKRI dengan memfokuskan diri ke bagian tertentu dari negara Indonesia.

Bila anda sudah paham bagaimana NKRI bisa dilemahkan dengan mulai membagi masyarakatnya ke 4 model kalangan, kemudian menyusun program isu sosial yang cocok dengan situasi/kondisi tersebut dengan mudah anda mengambil kesimpulan bahwa  kesuksesan sebuah gerakan/pelatihan dimulai dengan mengenal subjek sasaran dengan baik. Pemilihan isu sebagai materi pengaruh disesuaikan (adaptif) dengan kebutuhan dan kondisi lapangan.

Kalau kita bandingkan dengan program bela negara sebagai "obat mujarab" yang ditawarkan kemenhankam, maka kesan apa yang anda rasakan? Lebih mirip obat untuk segala penyakit? Bila memang mereka begitu yakin dengan efektifitas pelatihan ini? Mengapa tidak mencobanya ke kalangan terbatas dulu? Agar bisa dibuktikan dan dilihat manfaatnya?

Kelemahan Program: Monogamis dan Satu Arah

Pendekatan untuk ke 4 kalangan tersebut (pro agama, hedonis, pragmatis dan nasionalis) tidak bisa dilakukan dengan satu metode untuk keseluruhan. Seharusnya berbeda dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan situasi subjek yang dilatih.Selain itu tidak adanya kejelasan bagaimana hasil pelatihan diukur menambah kesimpangsiuran dari program ini.

Output dari pelatihan ini apa? Bagaimana mengukurnya? Siapa yang berhak mengukurnya? Bagaimana evaluasi dan durasi pemeriksaan dilakukan?

Beberapa pertanyaan itu menyeruak di benak saya ketika mencari materi apa yang akan diberikan. Saya tidak tahu bagaimana mendapatkan kurikulum materi yang akan diberikan agar bisa memberikan ulasan disini.

Jadi, ketidakjelasan materi dari program bela negara saat ini membuat saya semakin ragu. Apalagi saya melihat bahwa modelnya adalah penataran P4 dimana semua peserta pelatihan dianggap sebagai satu bentuk kalangan kolektif saja. Andaikan saja isi materi pelatihan bisa diakses umum maka saya bisa memberikan komentar lebih valid dan memiliki data kuat. Sementara masih asumsi berbasis pengakuan pihak Hankam via media massa.

Kembali ke masalah pendekatan yang adaptif: Pola pendekatan pro agama akan sangat berbeda dengan pendekatan nasionalis walaupun tetap ada titik temunya. Demikian pula yang menjadi perhatian dari kalangan hedonis belum tentu sama dengan kalangan pragmatis walaupun didunia nyata keduanya sama-sama membutuhkan uang sebagai bagian penting dari kebutuhan. Dengan kata lain, sejak awal sebaiknya memang para peserta disaring dan dipilah berdasarkan preferensi tertentu.

Kalangan nasionalis mungkin mau mengikuti program tersebut (walau jumlah kalangan ini nyatanya kalah banyak dibanding ketiga kalangan lain). Hanya saja saya ragu kalau kalangan nasionalis bisa menerima model pelatihan satu arah dan bersifat monoton. Kenapa saya sebut monoton? Realitanya masalah di masyarakat kita sangat banyak dan selalu dinamis. Faktor penyebabnya juga banyak dan terkadang tidak bisa diurai dari satu sisi saja yaitu pihak hankam. Butuh berbagai ilmu dan sudut pandang yang berbeda tapi komprehensif dalam menilai satu permasalahan. Dengan kata lain, butuh beberapa pihak terkait yang bersinergi membentuk program yang lebih adaptif dengan kondisi terkini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun