Mohon tunggu...
Samuel Henry
Samuel Henry Mohon Tunggu... Startup Mentor -

JDV Startup Mentor, Business Coach & Public Speaker, IT Business Owner, Game Development Lecturer, Hardcore Gamer .........

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dampak Media Sosial Dalam Politik

28 Maret 2016   14:57 Diperbarui: 28 Maret 2016   21:57 2810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa Teman Ahok militan dan sangat agresif? Jawaban mudahnya adalah: ada konspirator yang mendanai gerakan itu. Hahaha... tipikal sekali. Kalau anda masuk ke kategori ini berarti anda lupa pelajaran dari kasus Tunisia, Mesir dan India. Motivasi penggeraknya adalah orang-orang yang ingin akan perubahan. Di Tunisia karena kecewa lalu membakar dirinya. Tidak harus seperti itu sebenarnya. Tapi mungkinkah ada pembenci Ahok yang mau berkorban? Sepertinya dari relawan tidak? Tapi anu... katanya ada yang mau loncat dari Monas ya? Duh.. semoga kalau berhasil bisa membuat Ahok semakin dibenci. Asal benar-benar dilakukan... bukan asal bunyi alias asbun.

Nah, soal ASBUN ini sebenarnya para netizen yang ada di Indonesia bisa kok memilih mana tokoh asbun dan mana yang tidak. Saya pribadi tidak melihat Ahok masuk kategori asbun, lagian dia kan kasar dan suka memaki, plus melakukan apa yang dia omongin kok. Jadi lolos dari asbun. Bagaimana dengan Haji Lulung? Sayangnya banyak yang mempersepsikan bapak kita yang satu ini masuk kategori asbun. Mulai dari kasus UPS, Lamborghini, Kalijodo, Posko Relawan, dsb. Belum ada yang bisa direalisasikan.

Bagaimana dengan Adhiyaksa. Sayang sekali, tokoh yang tidak lagi muda plus berkumis cukup tebal ini tidak mampu mengambil simpati anak muda karena membawa isu agama. Sayangnya tidak bisa lagi direcovery ulang ucapannya soal itu dan menimbulkan antipati dari netizen.

Apalagi Ahmad Dani, kesuksesan di dunia musik ternyata tidak bisa menarik opini positif dari anak muda. Sudah itu saja. Saya malah ngga demen bicarain Dani... rada gimana gitu.. hehehe

Relawan Online

Susah-susah gampang membangun relawan. Seperti membangun komunitas, relawan harus punya visi yang jelas dan tentu dituang dalam misi yang terukur. Sepertinya yang memiliki ukuran masih relawan Ahok. Silahkan kunjungi websitenya dan lihat bagaimana metrik pengumpukan KTP diberlakukan. Sebagai pengunjung website, anda akan mudah melihatnya dan mendapatkan persepsi kalau pencapaiannya sangat positif. Itu otomatis membangun optimisme. Lalu lihatlah bagaimana strategi penempatan posko mereka. Bagamana relawan ini mengambil momen gambar dan para selebriti dalam acaranya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas pengumpulan dana dan berbagai kreativitas pendukung lainnya.

Tidak mungkin semua itu hanya didasarkan dana saja. Semua itu membutuhkan otak dan kreativitas serta yang terutama adalah simpati dan kepercayaan terhadap kandidat yang diusung. Jadi, angka-angka diatas secara tidak langsung bisa dibaca sebagai wujud keyakinan para netizen atau publik pendukung Ahok. Nah, itu yang harus dipikirkan oleh kandidat lain.

Strategi apa, cara bagaimana, sistem apa yang akan dibuat untuk berkompetisi dengan relawan Teman Ahok? Bukan malah mengumbar kata-kata asbun di media. Sungguh membuat banyak orang tertegun dan ketawa melihatnya.

Begitu anda masuk ke website Teman Ahok, maka hanya dalam beberapa saat anda sudah bisa menebak kalau batas 1 juta bakal bisa dicapai sebelum batas waktu. Saya mengunjungi beberapa kali situs tersebut dalam beberapa minggu terakhir ini dan selama itu pula saya selalu melihat pencapaian pengumpulan KTP selalu melewati 200% diatas target. Bahkan ada hari tertentu mencapai 300%.

Jika kandidat lain memang memiliki konsultan politik, maka mereka akan memberikan nasehat yang berbeda kepada kandidatnya. Mereka akan menyarankan untuk tidak menghina Ahok karena hanya akan membuatnya semakin populer. Dan sepertinya konsultan politik atau internal beberapa partai sudah sadar akan hal itu serta memberikan saran agar partai mendukung Ahok.

Media sosial sangat berpotensi menjadi gelombang informasi dan opini. Mobilisasi massa kini lebih mudah dengan media sosial dan tentu biayanya juga sangat terjangkau kalau tidak bisa gratis. Selain itu, ekspos media sosial sangat cepat mengambil reaksi dari publik. Jika tidak dilakukan dengan baik maka legitimasi dan reputasi seorang kandidat bisa merosot dengan cepat.

Kesimpulannya, jaman sekarang sebaiknya berpikir dan bertindak pakai data dan angka sebagai fakta. Bukan menggunakan tudingan SARA, hinaan dengan kebencian. Jaman seperti itu sudah tidak bisa lagi meyakinkan publik. Setidaknya itu menurut cocokologi saya sih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun