Mohon tunggu...
Samuel Hutabarat
Samuel Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hi there. Glad you stop by. Enjoy my writings and share me your opinion. God bless you.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Dalam Jemaat: Apakah Berhalamu?

7 Maret 2022   21:58 Diperbarui: 7 Maret 2022   21:59 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam Matius 28:18-19, Tuhan Yesus memberikan perintah kepada orang percaya yang dinamakan Amanat Agung. Perintah ini adalah untuk menjadikan semua bangsa murid Tuhan lalu mengajarkan mereka segala perintah Tuhan dan penyertaan Tuhan akan bersama orang percaya sampai akhir zaman. Mendidik dan mengajar adalah tugas gereja dalam membina jemaat Tuhan. Dalam mengajar jemaat Tuhan, ada banyak pokok bahasan yang harus didengar, dipahami, dan yang terpenting dipraktekkan oleh jemaat. Hal ini tentunya bukan pengajaran yang bisa dilakukan dalam satu periode singkat tapi merupakan proses pembelajaran yang terus menerus selama jemaat itu masih tetap setia dan beriman kepada Tuhan Yesus. Mengajar jemaat haruslah berdasarkan firman Tuhan dan dibawah tuntunan Roh Kudus agar jemaat tidak disesatkan oleh pengajaran yang salah.

Sebagaimana dilihat pada praktek kehidupan sehari-hari, terdapat banyak faktor yang memberi pengaruh terhadap iman kekristenan. Faktor-faktor yang dijumpai tampil dalam wujud dan rupa yang seringkali tidak disadari mengancam kesehatan iman namun tetap dipakai dalam kegiatan sehari-hari karena sudah menjadi suatu ketergantungan atau kebutuhan. Pengajaran pada jemaat tidak bisa hanya berfokus pada pengajaran rohani tetapi juga mengajarkan jemaat untuk mengenal unsur-unsur duniawi yang  membawa dirinya menjauh dari Tuhan.

Melalui artikel ini, akan diulas bagaimana anak Tuhan bisa (walau tanpa disadari) membuat berhala dalam hidupnya, memahami apa pandangan Alkitab terhadap ilah dan bagaimana tetap menjadikan Tuhan Yesus sebagai Allah dalam hidup jemaat.

Berhala Dalam Kehidupan

Pada masa Perjanjian Lama bahkan hingga era modern sekarang ini, berhala adalah sebuah benda mati yang dipercaya merepresentasikan suatu ilah dan dipercaya memiliki kuasa untuk melindungi, mengabulkan doa dan memberkati si penyembah. Berhala adalah kekejian bagi Tuhan dan membangkitkan amarahNya karena walau manusia telah dilarang menyembah berhala namun mereka masih melakukannya (II Raja-raja 17:12). Didalam Alkitab, ilah adalah kuasa kegelapan didunia ini. “Ilah dunia ini telah membutakan pikiran mereka yang tidak percaya sehingga mereka tidak dapat melihat terang kemuliaan Injil Kristus.” (II Korintus 4:4). Bridges (2008) menulis bahwa berhala adalah apa yang manusia junjung tinggi yang menyerah energi emosional dan mental, atau sumber daya yang mendahulukan relasi manusia dengan Allah.

Dari definisi berhala dan ilah ini, dapat dipahami bahwa ilah dunia ini membutakan pikiran manusia agar tidak mengenal Kristus dan mengalihkan penyembahan mereka kepada berhala-berhala yang merupakan kekejian bagi Tuhan. Di era modern ini, bentuk berhala telah digantikan dalam segala sesuatu yang mengalihkan perhatian manusia dari Tuhan sehingga Tuhan tidak lagi memiliki kuasa atau otoritas penuh atas hidupnya.

Dunia ini penuh dengan berbagai macam faktor yang mempengaruhi dan membentuk aspek kehidupan manusia seperti seni budaya, teknologi, ilmu pengetahuan, dan banyak lagi. Manusia tidak bisa lepas dari faktor-faktor ini karena lahir dari pemikiran dan kreatifitas mereka. Setiap faktor yang digunakan berpotensi untuk memiliki pengaruh kuat terhadap penggunanya yang mana akan menjadikan ketergantungan pada si pemakai. Mari ambil teknologi sebagai contoh. Semenjak Covid-19 menjadi pandemi di awal tahun 2020, penggunaan komputer dan internet mengalami lonjakan tinggi. Segala sesuatu harus dijalankan secara online sehingga manusia semakin tenggelam dan terikat dalam penggunaan teknologi melalui komputer dan handphone. Kecepatan mendapatkan informasi, mudahnya menggunakan internet dan semakin terbukanya ‘dunia’ yang diperkenalkan dalam ruang lingkup digital (yakni Metaverse yang sedang menjadi topik hangat) membuat manusia menjadi amat tergantung pada teknologi yang berada dalam genggaman tangan. Ketika ibadah harus dilaksanakan via online, pertanyakan pada diri sendiri apakah teknologi internet telah membawa anda semakin tekun beribadah atau justru membawa perhatian anda kepada hal lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak godaan untuk melakukan hal lain selama ibadah berlangsung sehingga firman Tuhan tidak didengar secara utuh. Ketergantungan jemaat akan teknologi bila tidak digunakan secara bijak akan menjadikan teknologi sebagai berhala.

Ulangan 5:7 menulis “Jangan ada allah lain di hadapan-Ku.” Pengertian ‘allah’ tidak harus selalu dalam bentuk ilah agama lain akan tetapi dapat berarti segala sesuatu yang mengalihkan perhatian manusia dari Tuhan. Hal ini dapat diukur dengan melihat berapa lama waktu yang dihabiskan terhadap satu hal (seperti pemakaian teknologi, menekuni hobi, menghabiskan waktu di kantor, atau mengurus keluarga) sedangkan Tuhan hanya mendapatkan sisa-sisa dari waktu anda. Wauran (2015) berpendapat bahwa penyembahan berhala pada masa modern bersifat menghalangi relasi antara Allah dengan manusia. Itulah berhala modern dalam hidup yang menyeret manusia menjauh dari Tuhan apabila tidak dipergunakan dengan penuh hikmat.

Pandangan Alkitab Terhadap Ilah

Ilah dunia ini adalah pencuri manusia dari Tuhan yang membangkitkan kecemburuan Allah (Ulangan 5:9). Tuhan Allah sangat mengasihi manusia ciptaanNya (Yohanes 3:16) sehingga ketika manusia pertama jatuh dalam dosa di Taman Eden, Tuhan telah menyatakan misi keselamatan (Kejadian 3:15) untuk membawa manusia keluar dari dosa dan kembali kepada Tuhan (Missio Dei). Membawa manusia kembali kepada Tuhan membutuhkan pengorbanan untuk menebus dosa-dosa manusia (Roma 5:6). Tuhan telah membeli manusia dan melunasi semua hutang dosanya sehingga manusia bukanlah milik dirinya sendiri tetapi milik Tuhan (I Korintus 6:19-20).

Makna Allah yang cemburu (qana dalam bahasa Ibrani) tidak sama dengan reaksi cemburu yang diekspresikan seseorang bila melihat pacarnya bersama orang lain karena orang tersebut belumlah menjadi miliknya dalam ikatan pernikahan. Allah cemburu terhadap manusia yang menyembah ilah lain atau perhatiannya terfokus pada berhala hidupnya. Manusia adalah milik kepunyaan Tuhan yang merupakan hasil karya ciptaanNya, maka dari itu sepatutnyalah manusia hanya menyembah Tuhan Allah (Ulangan 6:13). Upaya Iblis adalah merampas karya ciptaan Tuhan – yakni manusia – dengan cara memalingkan mata manusia dari Tuhan. Tuhan tahu bahaya dari strategi iblis dan telah memperingatkan manusia dalam Yohanes 10:10 “Pencuri datang hanya untuk mencuri, membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”. Tujuan akhir iblis hanyalah mencuri manusia dari Tuhan dan membawa kebinasaan bagi mereka, sedangkan Tuhan ingin membawa manusia kepada kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun