Mohon tunggu...
Samuel Hakaru
Samuel Hakaru Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Penyuka Disney Princess

Membaca adalah bagian dari rutinitasku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dreamcatcher Class untuk Anak-anak Kampung Pengemis

2 Mei 2019   02:56 Diperbarui: 2 Mei 2019   03:09 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang baru dari kegiatan anak-anak binaan Rubbik (Rumah belajar dan bermain kreatif) di kampung Delikrejo. Anak-anak ini kedatangan TSA Undip yang membawa berbagai kegiatan kreatif dan menyenangkan untuk mereka. 

Tanoto Scholars Undip melakukan project Dreamcatchers Class untuk anak-anak yang sebagian besar bekerja sebagai pengemis dan pengamen ini. Para scholars tergerak melakukan kegiatan ini dengan tujuan memotivasi anak-anak untuk berani bermimpi.

kondisi anak-anak di sekitar komunitas Rubbik yang sebagian besar merupakan anak-anak dari keluarga yang kondisi ekonominya kurang (anak pengemis, pengamen, dan lain-lain). Latar belakang keluarga seperti itu tidak memperhatikan pendidikan bagi anak-anak, terutama pendidikan usia dini. Orang tua mereka hanya menganggap pendidikan bukan hal yang penting sehingga anak-anak yg ada disekitar komunitas Rubbik tidak peduli pendidikan. 

Yah, paling tinggi hanya menempuh pendidikan SMA (Itu sudah pencapaian terbaik jika mereka lulus SMA) banyak yang hanya sekedar lulus SD dan SMP saja dan sudah harus membantu ekonomi keluarga mereka, begitu tutur Bayu (Ketua Kegiatan Dreamcatcher) ketika ditanya mengenai kondisi anak-anak di daerah tersebut.

Secara gamblang Tempo.co pun menyebutkan bahwa kampung Delikrejo merupakan kampung pengemis. Ratusan keluarga menggantungkan hidupnya sebagai pengemis dan pengamen di jalanan. Ini merupakan alasan kuat TSA Undip bekerjasama dengan komunitas Rubbik dalam mengoperasikan kegiatan sosial yang bertujuan membina anak-anak di kampung ini. Komunitas yang awalnya dinamai Indoshelter 2008 ini sedang kekurangan sumber daya dan dana. 

Didalangi oleh kesamaan tujuan antara komunitas Rubbik, TSA Undip dan Tanoto Foundation maka terjalinlah kerjasama untuk menciptakan pendidikan lebih baik bagi anak-anak

Kami berkerja sama dengan Komunitas Rubbik sebenarnya melanjutkan kerjasama dari periode sebelumnya yaitu periode 2018, kami menilai komunitas rubbik memiliki tujuan yang sama dengan tujuan TSA Undip dan tujuan dari TF yang ingin memberikan pendidikan yang berkualitas. Dan karena kondisi Komunitas rubbik yang kekurangan sumber daya manusia (hanya ada 2 pengurus) dan kekurangan finansial (hingga saat ini komunitas rubbik tidak memiliki pemasukan tetap). 

Atas latar belakan tersebut,  kami melanjutkan kerja sama di kepengurusan 2019 ini. Selain itu antusias anak-anak disini yang sangat baik. Banyak anak-anak datang saat kami melakukan kegiatan, mereka senang dengan kegiatan kami membuat kami menilai disini kegiatan akan bisa berjalan dengan efektif, Tambah Bayu ketika ditanyakan alasan bekerjasama dengan komunitas Rubbik ini.

Berbagai kegiatan menarik pun telah dilakukan bersama anak-anak ini, diantaranya adalah Buku Impian dan Movie Time. Dalam kegiatan membuat buku impian anak-anak diajak menggambar mimpi mereka, kemudian mewarnainya. Hasil gambar anak-anak akan dibukukan menjadi buku impian dan akan disimpan di perpustakaan kecil Tanoto yang ada pada  komunitas Rubbik. 

Buku mimpi tersebut diharapkan dapat mengingatkan anak-anak akan mimpi mereka sehingga mereka termotivasi untuk meraihnya. Kemudian kegiatan Movie Time dilakukan dengan mengajak anak-anak menonton film mengenai "meraih mimpi" sehingga anak-anak semakin termotivasi dengan mendapatkan pesan lewat kegiatan audiovisual ini.

Ada cerita yang saya dapatkan dari Lia dan Aan saat kegiatan menggambar buku impian. Pada saat itu, mereka berdua menggambar cita-cita menjadi seorang arsitek. Ketika saya tanya mengapa ingin menjadi arsitek, mereka menjawab karena mereka ingin membedah rumah mereka (seperti program bedah rumah pada televisi) dan membuat rumah yang lebih layak. Terkadang mimpi anak-anak terlihat sederhana, ingin menjadi designer atau guru, namun terdapat tujuan yang sangat mulia dibalik mimpi mereka tersebut, Tutur Bayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun