Mohon tunggu...
M.e.l.i. -
M.e.l.i. - Mohon Tunggu... -

www.kampungfiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

7 Hari Prosa Pendek Cinta [Kedua: Kopi]

3 Desember 2011   05:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:53 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

: samudera [caption id="attachment_153369" align="aligncenter" width="491" caption="http://coffeeblackproductions.wordpress.com/"][/caption] Secangkir kopi pertama yang kau seruput di pagi hari adalah filosofi yang diracik bersama berita-berita koran dari negerimu, yang semakin keruh, seperti kesejatian secangkir kopi sempurna, yang berwarna kumuh. Di dalamnya, doa-doa dan harapan dilahirkan, menjelma rasa manis dari susu cap bendera dan desir gula pasir yang semacam mengingatkanmu selalu pada pasir-pasir pantai yang memuisikan kenangan. Secangkir kopi, bagiku, adalah mantra menuju dadamu yang terdengar seperti bunyi denting-denting sendok yang beradu dengan dengan tepi cangkir dari gelas. Kunamai ia bunyi samudera. Tempat orasi-orasi berloncatan bersama konspirasi-konspirasi yang tidak kau biarkan aku masuki. Tapi aku memang tidak peduli. Secangkir kopi adalah waktu yang tertuang dalam tiap tetes kopi yang menjadi diammu dan sunyiku yang sesak oleh aroma tajam. Kopi. Kopi yang filosofis, terhidang sepenuh cinta, yang ada pada setiap kepergian dan kepulanganmu..

(waktu adalah pusaran yang harum, seperti secangkir kopimu yang

ditakdirkan menjadi prosaku. jadi, mari menikmatinya, samudera)

Fiksi-fiksi dashyat adanya di: kampung fiksi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun