Mohon tunggu...
Mh Samsul Hadi
Mh Samsul Hadi Mohon Tunggu... profesional -

Bergabung “Kompas” pada 2002, tiga tahun setelah memulai petualangan di ranah sepak bola. Meliput antara lain Piala Asia 2000 Lebanon; Asian Games 2006 Doha, Qatar; Piala Eropa 2008 Austria-Swiss; Piala Konfederasi 2009 Afrika Selatan; Piala Dunia 2010 Afrika Selatan; Piala Eropa 2012 Polandia-Ukraina. Sejak April 2014, bertugas di Desk Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nestapa Liverpool, Stagnasi Barcelona

5 November 2009   16:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:26 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kiper Pepe Reina (Liverpool, kiri) gagal menghalau bola ceplosan Lisandro (Lyon) menit ke-90 di Stade de Gerland, Lyon, Rabu (4/11). (THE TIMES)  Liverpool butuh mukjizat! Tanpa mukjizat, "The Reds" bakal jadi klub Inggris pertama yang terdepak di penyisihan Liga Champions setelah Manchester United tahun 2005. Peringatan bahaya itu diucapkan pelatihnya, Rafael Benitez, setelah dewi fortuna menjauhi mereka di Stade de Gerland, Lyon, Perancis. Liverpool adalah salah satu simbol kejayaan sepak bola Inggris di kompetisi antarklub Eropa. Lima trofi juara Eropa telah mereka boyong ke Anfield. Tim berjuluk "The Reds (Si Merah)" itu pun menjadi klub Inggris paling sukses di daratan Eropa. Namun, musim ini sepertinya bakal berkata sebaliknya. Liverpool bisa menjadi klub Inggris pertama yang tersingkir di babak penyisihan grup Liga Champions jika "tak ada bantuan dari langit" berupa mukjizat. Situasi saat ini berbeda dari saat mereka memperoleh mukjizat tiga gol balasan dalam tujuh menit di Istanbul ke gawang AC Milan di final Liga Champions 2005, lalu menang adu penalti, dan juara. Mukjizat yang dibutuhkan Liverpool saat ini berada di luar jangkauan mereka. Hasil seri 1-1 di kandang Lyon pada lanjutan partai Grup E Liga Champions, plus kemenangan Fiorentina 5-2 atas Debreceni di tempat terpisah, Rabu (4/11), itu membuat Liverpool di ujung tanduk. "Si Merah" masih terpaku di peringkat tiga (nilai empat), lima poin di bawah Fiorentina, dengan hanya tinggal dua laga tersisa. "Jelas, sulit sekarang ini, tetapi bukan mustahil (kami lolos)," kata Benitez. Pelatih Spanyol berusia 49 tahun ini jagoan taktik dan telah membuktikan ajaibnya sentuhan tangannya, seperti di final Istanbul 2005. Di Rabu malam itu pun, ia juga nyaris mengulang reputasi Liverpool sebagai klub yang selalu bisa lolos dari kesulitan (the great escapalogist) di kompetisi Eropa. Dengan kondisi tim pincang, tanpa pemain kunci seperti kapten Steven Gerrard, gelandang Albert Riera, dan bek Martin Skrtel; juga dipaksa tampilnya striker Fernando Torres yang cedera, Liverpool hampir mencuri tiga poin di kandang Lyon lewat gol Ryan Babel menit ke-83. Namun, kemenangan tersebut dirusak striker Lyon, Lisandro, yang menceploskan gol balasan, tepat menit ke-90, sekaligus meloloskan Lyon ke babak 16 besar. "Kadang-kadang Anda harus punya keberuntungan dan kami tidak punya keberuntungan itu di akhir laga," ujar Benitez. Penampilan Liverpool malam itu sejatinya cukup menjanjikan. Tampil dengan spirit tinggi, mereka berusaha menekan, hingga memaksa kiper Hugo Lloris bekerja keras, membuat suporter Lyon sempat terdiam lama. Namun, orang lebih melihat hasil akhir. Dari sudut pandang kritis, kebobolan gol di menit akhir itu justru membuktikan lemahnya konsentrasi pemain Liverpool. Kelemahan yang tidak seharusnya dimiliki klub besar.   Mukijzat dari Lyon Mukjizat seperti apa yang dibutuhkan Liverpool? Jelas bukan kemenangan di kandang Debreceni, 24 November mendatang. Kemenangan itu tak cukup untuk mengatrol keberuntungan meski ditambah tiga poin kemenangan di kandang atas Fiorentina pada laga terakhir, 9 Desember. Yang dibutuhkan Liverpool, jangan sampai Fiorentina menang saat menjamu Lyon, tiga pekan ke depan. Apabila Fiorentina menang, saat itu juga tamatlah Liverpool! Untunglah, kubu Lyon yang sudah menggenggam tiket 16 besar menjamin tidak akan mengurangi pedal gas mereka. "Jangan khawatir, kami akan bermain secara memadai karena target kami menjuarai grup," kata Claude Puel, Pelatih Lyon. Lyon punya alasan kuat untuk mengejar target juara grup. Musim lalu, mereka lolos sebagai runner up dan harus bertemu Barcelona hidup-mati di mana mereka seri 1-1 di Stade de Gerland dan takluk 2-5 di Nou Camp. Bagaimana andaikata Fiorentina vs Lyon seri? Dengan asumsi mampu memukul Debreceni pada laga berikutnya, Liverpool bisa lolos ke 16 besar jika menaklukkan Fiorentina dengan skor kemenangan minimal tiga gol. Agregat tiga gol itu dibutuhkan karena duel pertama di Artemio Franchi, Liverpool kalah 0-2. "Kami telah membuat keajaiban-keajaiban sebelumnya dan kami mampu mengulangnya lagi," tegas Benitez yakin.   Ketidakpastian Barca Selain soal Liverpool di ujung tanduk, sorotan utama publik sepak bola Eropa juga terfokus pada krisis di Bayern Muenchen dan belum pastinya nasib juara bertahan Barcelona. Barcelona masih diliputi frustrasi akibat seri 0-0 di kandang Rubin Kazan, Kamis dini hari WIB kemarin. Hasil "kaca-mata" di arena dengan temperatur di bawah nol derajat Celcius itu memperpanjang frustrasi El Barca pascakekalahan 1-2 dari lawan yang sama di Nou Camp. Padahal, Barcelona turun dengan skuad terbaiknya, antara lain Lionel Messi, Zlatan Ibrahimovic, duet master of passing Xavi dan Andres Iniesta, dan lain-lain. Namun, rahasia kekuatan klub juara Spanyol itu sudah terkuak, plus cara meredamnya. "Taktik kami adalah menahan (serangan) Barca dan mencoba menghantam lewat serangan balik. Kami mampu jalankan taktik itu dengan sempurna di Barcelona dan kami hampir menjiplak persis di sini," tutur Kurban Berdyev, Pelatih Rubin Kazan pada televisi Rusia, NTV. Taktik itu bukan tak mungkin akan ditiru Pelatih Jose Mourinho saat membawa Inter Milan ke Nou Camp, 24 November depan. Barcelona kini menghuni urutan ketiga Grup F dengan nilai lima. Skuad Pep Guardiola itu di bawah Inter (enam poin), Rubin Kazan (urutan kedua, lima poin), dan hanya unggul satu poin di atas juru kunci Dynamo Kiev (empat poin). Ini bakal memicu pertarungan ketat hingga laga terakhir, 9 Desember. "Memalukan," kata Iniesta soal kegagalan timnya balas dendam di Kazan. "Kami bermain bagus. Yang tidak mampu kami lakukan, mencetak gol. Kami cukup banyak membuat peluang, tetapi gagal menyelesaikannya." Soal Bayern Muenchen, wakil Jerman juara Eropa dua kali ini seperti tidak memiliki kapasitas bersaing di pentas Eropa. Dua kali tampil di kandang, dua kali itu pula mereka gagal menang. Selasa lalu, mereka tumbang 0-2 saat menjamu Girondin Bordeaux, membuat mereka terancam tersingkir. "Kami memang tak cukup bagus," kata Luois van Gaal, Pelatih Muenchen.*  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun