Mohon tunggu...
Samsul Bakri
Samsul Bakri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih belajar menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Ekonomi Undip

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency

Analisis Risiko Investasi di Bitcon Menggunakan Value at Risk (VaR) dengan Simulasi Monte Carlo

18 Juli 2022   11:43 Diperbarui: 18 Juli 2022   12:00 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bitcoin adalah mata uang digital yang pertama kali diperkenalkan pada
Januari 2009. Bitcoin menawarkan janji biaya transaksi yang lebih rendah
daripada mekanisme pembayaran online tradisional dan, tidak seperti mata uang
yang dikeluarkan pemerintah, Bitcoin dioperasikan oleh otoritas yang
terdesentralisasi (Frankenfield, 2021) . Selain itu, sebagai salah satu
cryptocurrency, Bitcoin berisfat bebas dari intervensi bank sentral dan
menawarkan biaya transaksi yang terjangkau. Atas kelebihan-kelebihan tersebut,
orang-orang melihat cryptocurrency seperti Bitcoin sebagai mata uang masa
depan dan berlomba untuk membelinya sesegera mungkin, sebelum harganya
menjadi semakin mahal (Royal, 2021) . Ekspektasi positif dari masyarakat
terhadap Bitcoin dapat digambarkan dalam perubahan nilainya yang berubah
sangat cepat, berdasarkan pergerakan nilainya di Yahoo Finance, di tahun 2014
harganya 378.55 dolar amerika lalu di tanggal 18 Juni 2021 harga per koinya
sebesar 37,682 dolar amerika (Yahoo Finance.com, 2021) .

Dibalik nilai-nilai positif tadi, aset kripto telah menjadi bahan perdebatan
yang intens. Aset kripto menimbulkan kekhawatiran terkait dengan nilainya yang
tidak stabil. Bulan April lalu ketika Elon Musk mengumumkan bahwa Tesla tidak
akan lagi menerima Bitcoin (BTC) sebagai pembayaran, harganya jatuh 15%
dalam waktu kurang dari 24 jam. Lalu pada akhir Mei, Elon Musk memposting
tweet baru yang agak 'menjanjikan' membuat cryptocurrency memantul hampir
5% dalam hitungan menit (Ro, 2021) . Artinya nilai Bitcoin sangat sensitive
terhadap berita yang berkaitan prospeknya. Lalu seperti yang penulis kutip diatas
bahwa Bitcoin independen dari dari Bank Sentaral, sifat tersebut dapat menjadi
masalah karena tidak ada otoritas yang mampu menstabilkan nilanya ketika
permintaanya terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Oleh karena itu investasi di
Bitcon dapat sangat berisko dan penuh dengan ketidakpastian dibandingkan
investasi pada aset-aset tradisional (Binda, 2021).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif deskriptif dengan pendekatan normatif guna mengkaji risiko investasi
di Bitcoin. Data yang dikumpulkan dari situs Yahoo Finance adalah data harga
penutupan bulanan Bitcoin, NASDAQ dan Emas dari rentang waktu Juni 2017
sampai dengan Juni 2021. Harga masing-masing aset tadi kemudian dianalisis
untuk mendapatkan return, expected return dan standar deviasi. Data-data tadi
kemudian digunakan simulasi Monte Carlo sebanyak 1.000 kali simulasi untuk
mendapatkan Value at Risk dengan tingkat kepercayaan 95%.. Untuk mengukur
risiko investasi, digunakan VaR (Value at Risk) dengan 1.000 kali simulasi Monte
Carlo. Microsoft Excel 10 dan SPSS digunakan untuk mengolah data dalam
penelitian.

Dalam perhitungan Value at Risk, Penulis menggunakan metode simulasi
Monte Carlo yang berfokus pada analisis statistik distribusi empiris retun aset.
Metode digunakan karena memungkinkan untuk pemetaan perilaku pasar yang
lebih baik (Binda, 2021) . Perlu dicatat bahwa distribusi return pada Bitcoin yang
dianalisis tidak memiliki karakteristik distribusi normal.

Hasil histogram diatas juga didukung oleh hasil uji normalitas Kolmogrov-Simironov. Hasil uji memperlihakan taraf signifikansi Asymp. Sig. (2-tailed) bitcoin adalah sebesar 1%, artinya return pada Bitcoin tidak terdistrubsi dengan normal karena 1% < 5%.

Dok pribadi
Dok pribadi

Sedangkan emas dan IKN masing memiliki taraf siginfikasi sebesar 11,7% & 9% > 5% sehingga datanya terdistribusi dengan normal. Hasil ini didorong oleh fakta return Bitcoin yang sangat berfluktuatif, sehingga tidak jarang orang mengatakan bahwa Bitcoin adalah 'gelumbung ekonomi' (Chain, 2018)    

Kemudian masuk ke tahap analisis resiko kerugian, pertama-tama setelah mendapatkan data harga peutupan perbulan, akan didapatkan return tiap bulanya dengan cara harga hari berlaku dikurangi dengan harga hari sebelumya dibagi harga hari sebelumya kemudian dikali 100%. Rate of return tersebut kemudian menjadi bahan untuk mencari nilai expected return dan standar deviasi. Terlihat pada tabel 2 bahwa ekspektasi keuntungan dari berinvesatsi pada Bitcoin memiliki angka tertinggi dengan return sebesar 2,36 persen, emas sebesar 0,07 persen dan IKN sebesar 1,5 persen. Tabel dua juga menunjukan bahwa Bitcoin memiliki standar deviasi yang terbesar hal ini sangat berkolerasi dengan tingkat pengembaliannya yang besar. Pada simulasi Monte Carlo pertama, didapatkan hasil bahwa berinvestasi dibitcoin sangatlah berisiko dengan nilai VaR sebesar 29,69%.

Dok pribadi
Dok pribadi

Maknanya adalah jika sesorang berinvestasi di Bitcoin misalnya dengan membeli sebesar 100.000 maka ada kemungkin kerugian sebsar 29.690. Tingkat risiko kerugian jika berinvestasi pada emas 2,3% artinya setiap investasi misal 100.000 risiko uang yang hilang adalah 2.300. Dengan kasus yang sama, pada simulasi Value at Risk pertama risiko seseorang kehilagan uang dengan membeli saham di indeks Nasdaq adalah sebesar 4,8%, jauh lebih rendah dari nilai risiko di Bitcoin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun