Meskipun terkadang konotasi negatif melekat pada istilah 'politik organisasi', Perrewe et. al. (2010) berpendapat bahwa politik tidak hanya dilihat dalam sudut pandang yang merendahkan, tetapi juga bahwa ada beberapa sifat yang cukup positif terkait dengan kemampuan untuk menjadi efektif dalam organisasi dan keterampilan politik menunjukkan sifat-sifat tersebut.
Individu yang memiliki keterampilan politik menunjukkan kepercayaan diri yang dapat menarik dan menghibur orang lain (Perrewe et. al., 2010). Namun, kepercayaan diri ini tidak pernah berjalan terlalu jauh dan dianggap sebagai kesombongan, tetapi selalu diukur dengan benar dan mempertahankan karakter positif.Â
Meskipun percaya diri, mereka yang memiliki keterampilan politik tinggi tidak mementingkan diri sendiri, karena fokus mereka adalah ke arah luar pada yang lain, tidak ke dalam dan egois. Ini memungkinkan individu yang memiliki keterampilan politik untuk menjaga keseimbangan dan perspektif yang tepat, dan juga untuk memastikan bahwa mereka bertanggung jawab kepada orang lain (Perrewe et. al., 2010).Â
Perrewe et. al. (2010) menyarankan agar orang yang memiliki keterampilan politik tinggi tidak hanya tahu persis kapan dan apa yang harus dilakukan dalam situasi sosial yang berbeda di tempat kerja, tetapi bagaimana melakukannya dengan cara yang dapat dikatakan menyembunyikan motif mementingkan diri sendiri, dengan demikian, tampak seperti tulus dalam melakukan itu semua.
Menurut Perrewe et. al. (2010) keterampilan politik terdiri dari empat dimensi, antara lain:
1. Social Astutencess
Sosial astuteness mengacu pada kemampuan individu untuk memahami situasi sosial secara akurat, termasuk perilaku mereka sendiri dan orang lain (Ferris et al., 2005).
2. Interpersonal Influence
Pengaruh interpersonal mengacu pada kemampuan politik terampil untuk mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka dan untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri mereka agar berperilaku untuk mengubah tuntutan lingkungan (Ferris et al., 2005).
3. Networking Ability
Kemampuan jaringan adalah individu yang terampil untuk mengembangkan koneksi, persahabatan, dan aliansi. Kemampuan ini menciptakan modal sosial, yang memperlengkapi orang-orang untuk memiliki keterampilan politik untuk lebih banyak sumber daya yang dapat digunakan menuju pencapaian (Perrewe et. al., 2010).