Mohon tunggu...
Samsudin Simatupang
Samsudin Simatupang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis kelahiran Palembang pada 13 nopember 1961. Saat ini menjadi anggota PPPSU ( Perkumpulan Penulis Pendidik Sumatera Utara ). Kegiatan sehari hari menulis artikel di Gurusiana Media Guru dan Kompasiana Indonesia, Pemerhati Kegiatan Sosial Kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Penerapan Kebijakan Kurang Tepat My Pertamina di SPBU

18 September 2022   10:11 Diperbarui: 18 September 2022   10:13 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kenaikan BBM pada 3 september 2022, banyak penyalahgunaan aplikasi my pertamina oleh petugas SPBU sehingga menyebabkan kemacetan panjang sampai ke jalan raya. Hal ini sangat merugikan para pengguna kendaraan roda empat khususnya sepeda motor harus antri 30 - 60 menit khususnya pada pagi hari dan sore hari.

Penyebab utamanya adalah pengaturan lajur pembelian solar. pertamax, dan pertalite. Kok aneh lajur sepeda motor disatukan dengan kendaraan roda empat. Lajur pembelian pertalite  disatukan dengan pertamax sehingga sangat mengganggu para pembeli pertama. Inikah profil SPBU Pertamina saat ini dimana tidak memikirkan para pembeli BBM dan hanya memikirkan keuntungan semata.

Belum lagi pembeli pertama dengan cash harus menggunakan aplikasi my pertamina, tentunya memakan waktu dan sangat mengganggu dengan antriannya.

Sampai saat ini masih banyak pengelola SPBU belum menggunakan managemen yang baik dengan prinsip melayani secara ramah. Ini harus menjadi catatan bagi Pertamina untuk menindak SPBU yang belum baik dan kalau perlu mengeceknya. Ini sudah menjadi keluhan para pembeli BBM di SPBUPertamina , apalagi busa dibandingkan dengan pelayanan PbU shell, vivi, dan lain lainnya. Marilah kita jadikan Pertamina sebagai contoh di negeri sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun