Memandu pembuatan akun email, merancang google form yang menuntut penggunaan email, pun meminta siswa mengirimkan tugas melalui email merupakan beberapa langkah sederhana yang saya lakukan untuk memulai usaha ini.
Di lain waktu, ketika saya meminta siswa membuat rekaman percakapan bahasa Inggris, di luar dugaan seorang siswa mengirimkan video hasil tangkapan layar aplikasi WA. Ia kemudian mulai memainkan satu per satu berkas audio hasil percakapan Voice Note dengan rekan pasangannya.Â
Bentuk kreativitas dan inovasi seperti inilah yang dibutuhkan anak-anak ini untuk bisa hidup dan bersaing di masa depan. Alhasil, teknologi yang saya promosikan di ruang kelas tidak hanya berdaya guna tetapi juga tepat guna.
Siapa bisa menyana suatu hari nanti anak-anak ini akan tumbuh menjadi penopang kehidupan keluarga mereka; hidup di pedesaan di pesisir ujung barat Gorontalo, menjadi petani, penambak ikan, peternak, dan pelaut yang mampu hidup dan bersaing dengan cakap di abad 21. Tentu saja bunga dari pembelajaran yang saya tanam belumlah kembang sempurna.Â
Masih perlu waktu yang panjang untuk para siswa menyesuaikan diri, mengakrabi, dan hidup berteknologi. Perlu pemikiran yang lebih canggih dari para guru untuk dapat mengalihkan perhatian siswa ketika menggunakan gawai dari sekadar game console menjadi learning tools.Â
Dengan terus mengurangi keluhan di setiap lelah yang dirasakan, sembari belajar dari tiap praktik baik dari selaksa guru hebat di luar sana, saya berharap ruh PJJ yang semula berupa fondasi dapat terus dibangun menjadi sebuah bangunan sistem pelayanan pendidikan yang ideal dan kokoh.