Ada jeda yang panjang yang berpotensi menyebabkan siswa lupa dengan materi yang diajarkan sebelumnya. Jeda ini pula yang menyebabkan pola penugasan menjadi tidak optimal karena siswa berpikiran “Ah, sekalian di sekolah saja kerjanya”.
Pada titik ini saya yakin bahwa PJJ justru adalah awal, ia adalah fondasi untuk pelayanan pendidikan yang lebih baik. Ke depan, pembelajaran dapat mengadaptasi model flip-classroom dalam blended-learning yang memadukan moda daring dan luring sehingga para siswa dapat terlayani kebutuhan belajarnya baik secara sinkron maupun asinkron.
Sebagai langkah awal, saya memulai tiga hal, yakni (1) membangun komunikasi daring untuk memelihara intensitas pembelajaran; (2) menciptakan berbagai kegiatan yang berpusat pada siswa; dan (3) menyiapkan siswa menjadi generasi yang siap hidup di masa depan.
Dengan memanfaatkan kuota belajar Kemendikbud, komunikasi daring saya lanjutkan menggunakan aplikasi Microsoft Kaizala. Aplikasi ini saya pilih karena berbagai keunggulan yang tidak dimiliki oleh WA, sebut saja kolom komentar yang teratur untuk tiap postingan sehingga para siswa tidak kebingungan dalam mengirimkan komentar.
Fitur daftar hadir, kuis, dan polling juga sangat menarik untuk digunakan agar komunikasi dengan siswa selama jeda dua minggu bisa terisi dengan baik.
Penggunaan teknologi saya upayakan sebesar mungkin melibatkan dan berpusat pada siswa. Pada sebuah tatap muka, saya meminta siswa mengerjakan soal latihan pada Google Form menggunakan laptop saya yang terkoneksi dengan proyektor.
Tujuan utama saya tentunya melatih siswa untuk mulai belajar dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation).
Komunikasi dan kolaborasi dapat terbangun di kelas seiring anak-anak yang lebih paham cara penggunaan gawai berusaha membantu temannya yang sedang mengoperasikan laptop di depan kelas.
Saya membiarkan diri saya menjadi pengamat. Ada anak yang bercucuran keringat karena takut menyentuh laptop, ada pula anak yang dengan aktif bertanya kepada saya bagaimana cara menggunakan trackpad. Hal-hal ini mungkin dianggap kecil bagi sekolah yang ada di perkotaan tapi sangat berharga bagi kami di sekolah satu atap yang jauh dari segala akses.
Saya perlahan mengajari siswa untuk mengakrabi teknologi bukan sebagai tindakan gagah-gagahan melainkan menyiapkan generasi yang siap hidup di masa depan.
Akhir-akhir ini para siswa saya ajak untuk sadar bahwa email merupakan benda penting yang mesti dimiliki untuk hidup di abad 21, tidak hanya untuk bersekolah tapi juga untuk kepentingan dunia kerja ke depan.