Mohon tunggu...
Samsudin R. Ishak
Samsudin R. Ishak Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah pembebasan

Aktif mengajar bahasa Inggris di SMP Negeri 4 Randangan Satu Atap. Menulis puisi, esai, dan cerpen. Menulis naskah drama sekaligus menyutradarainya dalam beberapa produksi Teater Peneti Gorontalo sejak 2007.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tut Wuri Handayani dalam Dunia Shinobi

16 November 2020   10:51 Diperbarui: 16 November 2020   11:10 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://thegeekiary.com/training-begins-boruto-episode-168/87115

Setelah kalah telak dari Deepa, Boruto dan Sarada lebih sering menatap angkasa. Keduanya memutuskan untuk menjadi lebih kuat alih-alih mengadakan serangan balasan tiba-tiba. Pagi itu, Boruto mendatangi guru Hatake Kakashi, memohon agar diajari Oodama Rasengan, sebuah jurus andalan berbentuk bola energi besar nan sakti mandraguna milik ayahnya. 

Tidak banyak yang bisa melakukan jurus ini selain shinobi dengan pasokan cakra yang luar biasa selevel Minato (kakek Boruto, pencipta rasengan), Jiraiya (shinobi level Sanin), dan yang paling sempurna Naruto yang adalah Jinchuriki rubah ekor sembilan. Alasan inilah yang membuat guru Kakashi sontak menolak. Oodama rasengan adalah kemustahilan tidak hanya untuk anak seumuran Boruto, tetapi juga untuk dirinya sendiri. 

"Mustahil kamu bisa mempelajari Odama Rasengan. Kalau mau memperkuat rasengan, aku tak keberatan membantumu", jawab Kakashi setelah mencontohkan batas kemampuan rasengan yang ia punya.

***

Mari kita menyambut Hari Guru Nasional yang sebentar lagi, dengan berguru dari para shinobi. Apa yang baru saja ditunjukkan oleh Kakashi pada permulaan episode 168 anime Boruto: Naruto Next Generation adalah gambaran ideal wujud seorang guru. Dalam praktik pendidikan di Indonesia, gambaran ini sudah ditanamkan oleh Ki Hajar Dewantara melalui 3 semboyan yang lazim menjadi pedoman bagi para guru: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Kakashi mengerti bahwa Boruto, walaupun merupakan turunan shinobi kelas atas, memiliki permintaan yang melampaui batas kemampuannya. Sembari berada di depan, guru Kakashi mencontohkan rasengan yang ia miliki lantas memulai apersepsi dengan bertanya:

"Sebelum memulai latihan. Kamu tahu mengenai perubahan alami cakra kan? (tentu saja yang ia maksud bukan Cakra Khan)",

Pertanyaan ini tidak hanya menggiring murid ke materi inti tapi juga merupakan identifikasi kemampuan dasar (initial knowledge) murid. Saya curiga, Kakashi sepertinya paham betul dengan konsep Scaffolding milik Vygotski, bahwa guru mesti memahami kemampuan dasar muridnya sebelum mengajar agar bisa mengidentifikasi ZPD (Zone of Proximal Development), wilayah di antara titik awal dan titik puncak potensi murid.

Pada wilayah inilah peran guru sangat dibutuhkan sebagai scaffolding atau perancah. Ya, perancah seperti yang sering kita lihat pada proyek konstruksi. Azalinya materi ajar, metode, teknik, atau satuan strategi dan pendekatan adalah pijakan bagi murid untuk menapak jenjang keilmuan yang lebih tinggi.

Mengetahui Boruto sudah cukup paham, Kakashi mulai menjelaskan berbagai kemungkinan lain. Tanpa dinyana, Boruto menyinggung tentang perubahan Yin dan Yang. Kakashi segera menyela bahwa topik itu akan dibicarakan lain waktu. Sebuah usaha seorang guru untuk menjaga fokus muridnya pada topik. Kakashi paham betul bahwa topik ini belum saatnya dibahas karena ada pada anak tangga perancah yang lebih tinggi dari topik yang sedang dibicarakan hari itu.

Dalam pembelajaran hal serupa lazim dikenal dengan indikator pengayaan. Indikator sendiri sebagaimana namanya, merupakan penanda atas keberhasilan kegiatan pembelajaran. Namun, tidak jarang pada praktik pembelajaran ada saja murid yang melampaui indikator pembelajaran. Untuk itulah indikator pengayaan perlu dirumuskan agar kebutuhan belajar murid dapat terlayani.

"Boruto, perubahan alami cakra apa yang menjadi keahlianmu?", Kakashi tampaknya terus menggali informasi tentang potensi murid dadakannya itu. Upaya ini secara formal dikenal sebagai "identifikasi" yakni proses menemukenali karakteristik akademik dan non-akademik para murid agar bisa mendapatkan ritme belajar yang sama ketika melangsungkan pembelajaran. Saya lebih senang menyebutnya sebagai ritme agar pembelajaran menjadi harmoni.

Guru Kakashi menginginkan muridnya itu menyadari dulu potensi dirinya sebelum memulai pelajaran. Mereka yang tidak mengerti potensi dirinya akan menemui dirinya menjadi murid-murid tanpa tujuan belajar ketika berada dalam kelas. Bagi murid pra-remaja, seperti Boruto ini, penting bagi guru untuk memantik kesadaran ini. Sebagaimana yang diyakini Thomas Armstrong bahwa "setiap anak cerdas", dan terlahir dengan modal instrumen kecerdasan yang canggih sedari lahir.

Tugas gurulah untuk memunculkan "self-awareness" pada setiap murid bahwa mereka cerdas namun dalam kadar, bidang, kecepatan dan waktu yang berbeda-beda. Kakashi baru saja menerapkan semboyan "Ing ngarsa sung tulada". Ia mampu menjadi "role-model" yang baik sekaligus mulai berusaha untuk masuk ke ritme belajar si murid. Boruto pun agaknya tahu keahliannya menggunakan elemen angin cukup bisa diandalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun