Mohon tunggu...
Ganda Samson
Ganda Samson Mohon Tunggu... Ilmuwan - Hidup Matinya Seorang Penulis

Lahir di Pematang Siantar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demi Demokrasi

29 Desember 2021   09:53 Diperbarui: 29 Desember 2021   10:24 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer atau Aksi Polisionil II yang berpusat di Jogyakarta, khusunya lapangan udara Maguwo. Saya tidak bermaksud menguraikan detail peristiwa itu tetapi mencoba menjelaskan berbagai gagasan di sekitar peristiwa itu. Karena bagaimanapun, aksi militer tersebut sesuatu yang "aneh" tatakala Perang Dunia II benar-benar nyaris belum selesai

Anthony Reid menjelaskan bahwa Aksi Polisionil II tersebut sebenarnya membidik Soekarno -- Hatta. Setelah Aksi Polisionil I yang menegaskan keinginan Belanda menjajah kembali Indonesia, kali ini Soekarno -- Hatta lah yang menjadi sasaran, dan para serdadu berhasil membawanya ke Bangka dan Berastagi. Namun di sisi lain, Agresi Militer II justru membangkitkan semangat tentara Republik untuk menegaskan bahwa mereka masih eksis dengan semua hasil pampasan perang yang tersedia.

Dalam secarik catatan yang saya baca, Agresi Militer itu sebenarnya mendapat dukungan dari Komandan tertinggi Angkatan Laut Inggris, meskipun Raja Edward menolak pendapat tersebut. Secara politik, Inggris adalah sekutu Belanda dengan NICA berdiri pada front terdepan. Tetapi Amerika Serikat juga adalah sekutu Inggris yang kadung kesal terhadap Joseph Stalin setelah perjanjian PostDam. Dengan kata lain, Inggris mungkin saja berdiri pada dua kaki yang berbeda, setelah negara itu menjadi tempat pelarian Ratu Belanda pada masa perang.

Amerika Serikat menunggu perkembangan situasi, tetapi tidak mengira reaksi Belanda akan se-dramatis itu. Karena perkembangan itu pula Amerika Serikat merasa bahwa Indonesia harus jadi katalisator di Asia Tenggara, khususnya menghadapi IndoCina yang mulai bermain-mata dengan Beijing. Sejak Presiden Truman, Amerika Serikat sudah menciptakan semacam Blue Print bahwa Indonesia harus menjadi blok Kapitalis.

Presiden Truman hingga Eisenhower mencoba percaya bahwa Soekarno-Hatta-Sjahrir akan membawa Indonesia menuju sistem Demokrasi. Dan itu memang terjadi. Tetapi tidak ada alasan bagi Amerika Serikat untuk mengirim tentara ke Indonesia, pun seandainya pengalaman di Filipina dijadikan rujukan. [Barulah tahun 1957 Amerika Serikat berani mengirimkan Alain Pope ke sekitar Minahasa, seorang kadet Angkatan Udara yang panuh pengalaman di Laut Pacifik.]

Maka terkuaklah pandangan bahwa Belanda memang tidak sabaran menunggu situasi. Dan isu yang mereka hembuskan tentang Papua akhirnya dimanfaatkan Soekarno menjadi blunder yang mematikan. Bahwa Ras Melanesia tidak bisa disatukan dengan Ras Austronesia.

Hatta tampaknya telah menerima Demokrasi sejak Maklumat X (1945), karena tidak ada pilihan lain yang lebih baik dari itu. Meskipun secara pribadi dia mungkin saja seorang Sosialis, tetapi untuk sebuah sistem kenegaraan bernama Indonesia, rasanya tidak mungkin. Terlalu banyak contoh yang dapat disebut, tetapi Hatta seringkali menyebut Republik Weimar dan Republik India di bawah Nehru sebagai contoh.

==========

Jika Agresi Militer II itu adalah ketidaksabaran Belanda untuk mengembalikan Indonesia ke pangkuannya seperti tahun 1941, dalam kesempatan ini kita dapat mengatakan bahwa Aksi Polisionil II itu sesungguhnya mempertontonkan batas kekuatan militer Belanda, untuk kemudian dihantam gerilyawan Republik. Maka terjadi pula Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono IX. Belanda mengerahkan kekuatannya sampai habis-habisan dan telanjang, dan Republik akhirnya tahu sampai dimana batas itu dapat dikuasai.

Itu adalah sebuah pengamatan yang baik untuk politik dan strategi perang.

Bukankah perang adalah kelanjutan politik?

Salam dan Hormat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun