***
Sementara Malaysia & Singapore adalah anggota Persemakmuran Britania Raya yang militernya berbaris seperti konvoi Angkatan Laut Inggris, Brunei Darussalam tetap melihat posisi pribadi Sultan Bolkiah untuk semua solusi, termasuk komando militer tanpa syarat. Tetapi tentu saja, Malaysia maupun Singapore takkan pernah melupakan ambisi Bolkiah saat membentuk Persekutuan Malaya tahun 1956/57 dulu. Sejarah mungkin akan membuktikan bahwa sepeninggal Bolkiah, apakah Brunei akan bergabung dengan salah satu diantara mereka sebagai sesama ex jajahan Inggris. Â Â Â Â Â Â
Lebih dari itu, sejak Selat Malaka mulai dihampiri kapal-kapal VOC dulu, militer semenanjung tak bisa lepas dari soal mental. "Jadi bukan soal strategi, jumlah pasukan dan taktik perang", kata Dr. M, tahun 1997 lalu. Kalimat itu diutarakan persis pada saat mereka memenangkan Sipadan dan Ligitan dari Indonesia.
***
Mungkin benar, termasuk jika menggunakan perspektif Antropologis; menyebut Melayu adalah mengulik persoalan karakter sosial inheren manusia, bahkan sejak 'era keemasan Lancang Kuning' (Hang Tuah dan Hang Lekir). Â Â
Apakah itu juga yang dimaksud Tun Abdul Razak bahwa "Sepanjang masa, membangun kerajaan Melayu tidak lain adalah soal "human capital"? Itu pulakah sebabnya Malaysia terus menggumuli kekuatan militer mereka pada era cyber war ini?Â
Tetapi soalan yang melampaui kedua pertanyaan barusan itu justru agaknya harus diletakkan pada negara dominan Ras Melayu lainnya: Indonesia. Bagaimanakah sosiologi dan politik kemiliteran Indonesia, dulu ~ sekarang maupun nanti?
Hormat.