Mohon tunggu...
Samdar Rery
Samdar Rery Mohon Tunggu... Dosen - MARHAINISME

Dimana ada cinta, disitu ada Kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sosmed Membuat Galau

19 September 2019   17:18 Diperbarui: 19 September 2019   17:30 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kita sering reaktif saat merespon berbagai status singkat di sosmed, terutama status2 yang bersifat sensitif, hoax, dll. Dn memberikan tanggapan yang cukup reaktif dengan menggunakan verbal agresif, at kadang menggunakan kata2 metafor untk melunakan sindiran kepada orang yang berbeda paham, misalkan menggunakan kata2 "mereka tidak memiliki pemahaman ttg wawasan kebangsaan" at pemecah belah bangsa.

Sya tidak terlalu tertarik untuk membicarakan apa yang sedang diperdebatkan, tpi sya melihat dari sudut pandang yang berbeda, terutama soal budaya komunikasi, alasanya sederhana,, bahwa dalam ruang sosial media, ada budaya baru yang harus kita perhatikan utk menyikapi interaksi yang terjadi dalm ruang media tersebut.

Kita tahu bawa dalam ruang sosial media adalah ruang yang dinamis dan bebas nilai saat kita memberikan stimuli dan respon. Sehingga ruang in dimanfaat berbagi kelompok yang berkenpentingan utk menstigmatisasi berbagai wacana at opini yang sangat memberikan dampak terhadap perhatian publik.

Lalu katakanlah orang mengaku memiliki wawasan kebangsaan yang baik, memahami ideologi pancasila, tapi saat berada dalam ruang sosial media juga sering kita temukan mereka juga terpolarisasi dgn sentimen wacana2 tersebut. Padahal dalam ruang media sosial kita tdk bisa mengindetifikasi dan mereduksi perilaku mereka sesuai yang kita inginkan.

Sebab karakter dari ruang sosial media ini adalah karakter penggunannya bebas berekspresi dan bertindak, sulit ditekan at diretas karakternya. Dari senilah kita kadang kurang memahami budaya baru (sosmed) dan pola interaskinya. Makanya kita kadang mudah terpengaruh at reaktif dn akhirnya baper dengan ulasan2 status yang sebenarnya tidak linear dengan watak dari ruang media baru tersebut.

Sederhananya dalam ruang media sosail, ketika kita reaktif saat melihat status seseorang di media sosial yang tdk sesuai dgn keinginan kita, contohnya masalah kelompok yang tidak sejalan dgn kebijakan pemerintah, lalu memberikan sentilan2 yang dapat menyindir kelompok yang pro terhadap kebijakan pemerintah.

Nah kelompok yang pro terhadap kebijakan pemerintah kadang reaktif saat menyikapi sentilan2 dari kelompok kontra kebijakan pemerintah, dan sering memunculkan letupan2 lewat medsos, mulai dari menggunakan verbal agresif, hingga menggunakan metafor dengan verbal yang lunak, tapi sangat menyayat emosional.

Nah... dalam prespektif ini kadang kedua kelompok ini mereka saling tidak memahami kultur budaya yang ada di ruang media sosial, sehingga yang terjadi hanyalah perang urat saraf tidak ada habisnya.

Budaya yang saya maksudkan adalah budaya baru yang harus disikapi pola interaksi sesuai dgn kultur yang ad dalam ruang sosmed tersebut, karena kita tidak mungkin memaksakan kehendak kita dengan tindakan yang tergesa2 at berlebihan demi meretas pihak yang tdk sejalan,, artinya paling tidak kita memahami ruang ini dari sudut siber demokrasi yang bersifat dialektif dan rasional, tidak usah terbawa baper yang berlebihan. Karena semakin kita baper dgn status orang lain, maka kita terjebak dalam budaya baru dlm ruang sosmed yang bersifat tidak menguntungkan kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun