Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada apa dengan JK? Bela HRS atau Sindir Jokowi?

21 November 2020   22:44 Diperbarui: 22 November 2020   06:32 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa itu terjadi? Ini menurut saya, karena ada kekosongan pemimpin. Kepemimpinan yang dapat menyerap aspirasi masyarakat secara luas," kata Jusuf Kalla. 

NARASI di atas adalah pernyataan mantan wakil presiden Indonesia dua kali, Jusuf Kalla (JK) yang dikutip dari Pikiran Rakyat.com.

Sebetulnya banyak yang JK utarakan yang ditulis oleh salah media mainstream tersebut. Intinya, dia menyampaikan pandangan terkait masalah yang tengah panas-panasnya terjadi dalam beberapa hari terakhir. Yakni, soal Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS) yang menyita perhatian publik hingga tentara pun harus turun tangan. 

Sudah menjadi rahasia umum, sejak HRS menginjakan kakinya kembali ke tanah air, cukup banyak kegaduhan yang terjadi. Misal perseteruannya dengan Nikita Mirzani hingga pencopotan baliho oleh Kopsus Pangdam Jaya. 

Pemantiknya satu. Terjadinya kerumunan massa dengan jumlah yang sangat banyak.

Sekarang mari kita kembali pada pernyataan JK di atas. Ada narasi yang sangat menarik perhatianku, yaitu " Kekosongan pemimpin". 

Jujur, saya kira siapapun bingung. Apa yang dimaksud dengan JK. Toh, saat ini negara kita pemimpinnya utuh. Ada presiden dan wakilnya. Lalu, kenapa dia menyatakan ada kekosongan pemimpin? 

Jangan-jangan? Ya, jangan-jangan JK sedang membela HRS sekaligus menyindir Presiden Jokowi. Dalam hal ini, mantan pentolan Partai Golkar tersebut menilai mantan pasangannya pada Pilpres 2014 lalu itu tidak mampu menyerap aspirasi publik. Hingga dianggapnya telah terjadi kekosongan pemimpin. 

Mungkin maksudnya di sini bukan kosong karena tidak ada fisik pemimpinnya. Akan tetapi, tidak benar-benar hadir untuk rakyat. Hingga akhirnya lebih memilih akternatif pemimpin lain. Misal HRS. 

Jika dugaan ini benar, saya rasa JK kurang tepat. Soalnya, sekarang publik telah tahu betul bagaimana Presiden Jokowi hadir di tengah-tengah masyarakat. Buktinya, dia tidak lagi berdiam diri dan membebaskan HRS dan kelompoknya ber-euforia. 

Presiden Jokowi telah cukup sabar menghadapi mereka meski beberapa kali dicaci dan dimaki bahkan "dipaksa" untuk turun dari jabatannya. Dia diam saja tak banyak bereaksi. 

Tapi, saat warganya terancam oleh polah HRS dan kelompoknya yang terus-terusan menciptakan kerumunan massa, Presiden Jokowi tidak tinggal diam. Dia justru hadir dan memperlihatkan ketegasannya. 

Sebagai contoh, dia memerintahkan jajarannya untuk mengambil tindakan tegas. Dan, terbukti. Dua Kapolda yang dianggap abai terhadap tugasnya langsung dicopot. Kemudian, dua gubernur juga telah dipanggil pihak kepolisian untuk dimintai keterangannya. 

Untuk HRS sendiri sudah sama-sama kita ketahui bersama. Rencana reuni akbar 212 yang sejatinya akan digelar pada 2 Desember mendatang tak diberi izin. Pun dengan rencana road show-nya ke beberapa daerah, batal. 

Benar, Jokowi tidak memberikan intruksi lebih awal agar kerumunan massa tidak terjadi. Tapi, saya rasa ini bukan bentuk acuh atau abai terhadap rakyatnya. Sebaliknya dia memikirkan betul dampak yang bakal terjadi. 

Presiden Jokowi paham, bila dicegah atau pada saat terjadi kerumunan massa di Bandara Soeta, acara Maulid nabi dan acara pernikahan yang melibatkan HRS, pemerintah lewat aparat kepolisian dan petugas Covid-19 langsung membubarkan kerumunan, bisa dibayangkan apa yang bakal terjadi. 

Kerumunan massa kala itu bila diintervensi atau ditekan, bisa saja memantik api kemarahan. Dampaknya, terjadi bentrokan besar dan menelan banyak korban. 

Sebagai pemimpin, Presiden Jokowi pasti tidak menginginkan hal itu. Dia tahu, api bila disembur bensin bakal lebih membesar dan menyambar ke segala arah. Untuk itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini memilih api itu mengecil untuk kemudian sekali tepukan lap kecil pun langsung mati. 

Hasilnya, saat kerumunan massa HRS tidak ada lagi, Presiden Jokowi langsung memperlihatkan taringnya. Dia memerintahkan pihak kepolisian dan TNI rapatkan barisan dan menindak tegas siapapun yang hendak membahayakan negara dan warga negaranya. 

Bersukur, akhirnya lewat pernyataan tertulis, HRS berjanji tidak akan menciptakan kerumunan massa lagi selama pandemi masih belum tertangani dengan baik. 

Setelahnya, tentu tak ada pihak manapun melarang berkerumun. Asal tidak keluar dari aturan yang telah ditentukan pemerintah. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun