SEMENJAK Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang didirikan oleh sejumlah tokoh 'oposisi' nasional dideklarasikan pada 18 Agustus 2020 lalu. Nama mantan Panglima TNI, Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo kembali sering menghiasi konstelasi politik tanah air. Pria kelahiran Tegal, 60 tahun silam itu terus bergerak dan bermanuver.
Bagi Gatot, keberadaan KAMI seperti memberi panggung dirinya untuk merajut asa yang sempat tak terwujud pada 2019 lalu. Yaitu, mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden.
Benar, seringkali Gatot membantah bahwa pergerakannya itu tak ada hubungannya dengan Pilpres 2024. Apa yang dia lakukan bersama anggota KAMI lainnya semata-mata demi pergerakan moral biasa dalam rangka menjadikan Indonesia lebih baik.
Namun demikian, sejumlah kalangan terutama para pengamat politik menduga, gerakan Gatot yang kerap turun ke daerah dengan alasan deklarasi KAMI sebenarnya sekaligus mengumpulkan dukungan dan simpati publik.
Harapannya, apabila dukungan dan simpati publik telah dikantongi, elektabilitas Gatot yang memang telah masuk radar lembaga-lembaga survei setidaknya bisa terdongkrak.
Modal elektabilitas ini sangat penting bagi siapapun yang memiliki syahwat nyapres. Semakin tinggi elektabilitasnya, akan semakin terbuka lebar peluangnya maju Pilpres 2024.
Maka tak heran bila arah pergerakan Gatot mudah dibaca. Apapun dalih dia, ujung-ujungnya mencari dan membuka peluang dirinya agar bisa maju Pilpres mendatang.
Sejauh ini pergerakan Presidium KAMI tersebut memang masih cukup stagnan. hal ini tampak dari raihan angka elektabitasnya yang masih belum cukup kuat.
Berdasarkan hasil survei Indonesian Political Opinion (IPO) elektabilitas Gatot Nurmantyo hanya berkisar di angka 4 persen.